Mungkinkah Indonesia bangkit pada tahun 2020?

Rabu, 21 Oktober 2009

Bahan Kuliah manajemen stratejik, kamis 22 Okt 2009














Refleksi Birrulwaalidain



Siapa yang ingin melihat betapa rindunya seorang ayah kepada putera/puterinya walaupun mereka sudah dewasa dan berkeluarga, tonton clip ini bos...!

Orang tua pasti akan merasa kesepian ketika anak-anaknya memiliki keluarga baru. Mereka (orang tua) cenderung merasa ditinggalkan.

Jangan.... jnagan sekali-kali melupakan orang tua..... bisi kawalat.

Selasa, 20 Oktober 2009



Mendengarkan dan menyaksikan musik ternyata dapat menggugah hati. Insya Alloh menjadikan hati terus merasa hidup dan menjadi lebih sadar akan ketergantungan kita sebagai manusia kepada orang tua dan Alloh swt.

Mari cerdo'a, supaya kita semua menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah dan diberikan keturunan yang sholeh dan sholehah.

Senin, 19 Oktober 2009

KASUS: “DINAMIKA KELOMPOK DI SEKOLAH”

Tugas Mata Kuliah: Perilaku organisasi – Tahun ajar 2009/2010

Seiring dengan bergulirnya implementasi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, sekolah-sekolah diharapkan mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam hal tersebut, Depdiknas akan memberikan berbagai bantuan dana ke sekolah dengan (salah satu) syaratnya sekolah telah melaksanakan MBS. Artinya ada komite sekolah dalam struktur sekolah.
Di satu sisi, untuk mengimplementasikan MBS, para stakeholder haruslah terlebih dahulu paham dengan konsep MBS, sehingga nantinya akan berjalan lancar. Namun untuk mencapai hal tersebut kepala sekolah harus melakukan berbagai pertemuan dan konsolidasi dengan berbagai pihak. Artinya akan cukup memakan waktu yang tidak sebentar untuk memberikan wawasan dan pengertian serta keterampilan bagi para stakeholder untuk mengimplementasikan MBS.
Di sisi lain, kepala sekolah merasa tergiur dan tertantang untuk mendapatkan berbagai bantuan dana dari Depdiknas yang nilainya bisa mencapai ratusan juta. Untuk hal tersebut kepala sekolah ditantang untuk mengajukan proposal yang disetujui oleh komite sekolah.
Pada akhirnya kepala sekolah memutuskan untuk menyusun komite sekolah dari unsur BP3 terdahulu (yang sudah dibubarkan), dengan pikiran 1) nanti akan dikonsolidasikan lebih lanjut dengan berbagai pihak (stakeholder), 2) komite sekolah ini hanya untuk kepentingan mendapatkan bantuan dana, dan 3) waktu untuk pengajuan proposal bantuan dana sudah mepet (tinggal 3 hari lagi). Dengan pertimbangan tersebut, kepala sekolah akhirnya menghubungi mantan ketua BP3 dan wakasek kurikulum. Dari pertemuannya dengan mereka, kepala sekolah meminta mantan ketua BP3 menjadi ketua komite sekolah, sedangkan pengurusnya ditunjuk saja dan wakasek kurikulum menjadi bendahara untuk kegiatan yang diajukan melalui proposal.
Tiga bulan setelah proposal ditandatangani oleh kepala sekolah dan ketua komite sekolah, proposal pun disetujui untuk didanai oleh Depdiknas. Sekolah diputuskan mendapatkan bantuan sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk kegiatan yang diusulkan. Dalam proposal, kegiatan yang diusulkan berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Namun demikian para guru di sekolah dan personil lainnya tidak pernah tahu mengenai apa program yang direncanakan. Tiga point utama yang menjadi aspek pembiayaan dalam proposal adalah:
1. Peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme guru (10%);
2. Peningkatan fasilitas pembelajaran (20%); dan
3. Bea siswa bagi siswa yang tidak mampu (70 %).
Setelah satu bulan sekolah mendapatkan dana bantuan sekolah, belum ada program yang dijalankan oleh sekolah dengan menggunakan dana bantuan tersebut. Namun pada akhirnya ada salah seorang guru yang mengetahui mengenai keberadaan dana bantuan di sekolah. Untuk memancing kepala sekolah supaya transparan, guru membuat artikel di media masa setempat mengenai “Dana Sekolah atau Dana Kepala Sekolah?”. Guru tersebut meminta pihak media masa tidak mencantukan namanya dalam media cetak.
Setelah muncul artikel tersebut kepala sekolah merasa tersinggung karena jelas-jelas artikel tersebut menyebutkan nama sekolah yang menerima bantuan dan isinya menyindir serta cenderung menuduh kepala sekolah TIDAK TRANSPARAN DAN KORUPSI. Semakin hari iklim sekolah menjadi semakin panas, sehingga hubungan kepala sekolah dengan personil sekolah menjadi kaku. Karena dikhawatirkan semakin tajam dan meruncingnya permasalahan di sekolah, pada akhirnya kepala sekolah mengadakan rapat dengan mengundang komite sekolah, bendahara, para guru, staf sekolah, para orang tua dan bahkan perwakilan siswa.

Pertanyaan kasus:
1. Coba identifikasi, adakah kelompok dan tim dalam kasus tersebut? Jika ada, sebutkan dan jelaskan!
2. Bagaimana dinamika kelompok di sekolah? Apakah dinamis atau tidak dinamis? Apa indikatornya?
3. menurut Anda, apakah kondisi di sekolah tersebut dapat memberikan kepuasan kepada kelompok-kelompok yang ada di sekolah? Apa kira-kira indikator yang dapat Anda lihat?
4. Bagaimana seharusnya kepala sekolah merespon masalah yang terjadi di sekolah tersebut?
5. Bagaimana para guru dan personil sekolah lainnya merespon masalah tersebut?
---oo0oo---