Mungkinkah Indonesia bangkit pada tahun 2020?

Senin, 07 Desember 2009

Bahan UTS MK Inovasi Pendidikan

UJI COBA KEMAMPUAN INOVASI PENDIDIKAN

Petunjuk:
1. “Uji coba kemampuan Inovasi Pendidikan” merupakan bagian dari perkuliahan pada Mata Kuliah Inovasi Pendidikan. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui sejauhmana posisi mahasiswa (S1) PGSD memiliki sensitivitas, kreativitas dan kerangka pemecahan masalah dalam dunia pendidikan, khususnya dunia pembelajaran.
2. Uji coba kemampuan dilakukan dengan memecahkan kasus yang dihadapi langsung oleh mahasiswa ketika melakukan pembelajaran di SD. Uji coba ini menjadi bagian dari penilaian akhir.
3. Jawaban diketik dalam bentuk file MS Word dan dikirim ke facebook atas nama “Cepi Triatna”. Jawaban paling lambat diterima pada tanggal 26 Desember 2009.
4. Kriteria keberhasilan anda dalam menjawab adalah: (1) orisinalitas pemikiran berdasarkan pengalaman anda (jika anda copy and paste, Alloh Maha Mengetahui), (2) Ketajaman dalam menganalisis dan memecahkan masalah, (3) Visibilitas (kemudahan untuk diimplementasikannya) inovasi yang diusulkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
5. “ S E L A M A T M E N G U J I D I R I”


KASUS SD SULAEMAN

SD Sulaeman adalah SD swasta yang berada di bawah Sulaeman Foundation. SD ini sudah menghasilkan 10 angkatan lulusan. Sampai saat ini SD Sulaeman sudah berumur 15 tahun. Capaian lulusan menunjukkan kondisi cukup menggembiarakan, dilihat dari angka kelulusan, semuanya (100) lulus UASBN. Demikian halnya dengan prestasi non-akademik anak.
Pada tahun ke-16, kepala sekolah dan yayasan dikagetkan dengan data dari Dinas Pendidikan melalui pengawas sekolah yang mengungkapkan bahwa prestasi SD Sulaeman dilihat dari capaian UASBN pada 3 tahun terakhir berada pada urutan 197, 200, dan 201. Padahal pada awal-awal meluluskan SD Sulaeman berada pada urutan ke-12. Jumlah SD yang ada di kota secara keseluruhan mencapai 400 SD.
Kondisi ini memunculkan reaksi yang cukup keras dari ketua yayasan, kemudian meminta kepala sekolah untuk memperbaiki kinerja kepala sekolah dan guru dalam memberikan layanan akademik. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh tim yayasan menemukan bahwa kepala sekolah tidak memberikan pembinaan mengenai bagaimana seharusnya kegiatan belajar mengajar (KBM) dilakukan oleh guru untuk mencapai visi sekolah. dilihat dari guru, kecenderungan guru-guru melakukan KBM degan metode ceramah dan layanannya kelompok tidak individual. Padahal, Sulaeman Foundation memiliki kekhasan dalam upaya pengembangan potensi anak, yaitu “mengembangkan akhlakul karimah dan kemampuan akademik menjadi unggul”. Pembelajaran pun mengacu pada kekhasan tersebut.
Untuk memecahkan hal tersebut, yayasan memerintahkan guru-guru dan kepala sekolah untuk memperbaiki sistem KBM yang ada dengan fokus pada inovasi dalam pembelajaran. Pada akhirnya guru-guru diminta untuk (1) menelaah ulang desain pembelajaran (silabus dan RPP) yang dibuat, (2) memperbaiki metode pembelajaran, dan (3) menganalisis kembali evaluasi pembelajaran. Tiga bulan berjalan setelah yayasan memberikan tiga perintah tersebut, yayasan memantau dan mengevaluasi kembali apa yang diperintahkan. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi disimpulkan bahwa belum ada perubhan sebagaimana diharapkan, baik pada guru-guru maupun kepala sekolah. Kondisi ini menjadikan pihak yayasan memberikan surat peringatan (SP) kepada guru-guru dan kepala sekolah.

Pertanyaan:
1. Coba anda analisis berdasarkan pengalaman anda sebagai guru SD, mengapa suatu inovasi dalam pembelajaran sulit untuk diwujudkan? Jelaskan!
2. Untuk mewujudkan “akhlakul karimah dan kemampuan akademik anak menjadi unggul”, inovasi apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan pihak sekolah? Jelaskan!

Jika anda mendapatkan kesulitan dalam menjawab pertanyaan ini, silahkan berkomunikasi melalui blog atau facebook. Thanks to all.





---oo0oo---

Senin, 23 November 2009

Struktur Laporan Individu

FORMAT LAPORAN INDIVIDU MATA KULIAH MANAJEMEN STRATEJIK

Mulai minggu depan para mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Manajemen Stratejik sudah dapat membuat laporan individu dengan sistematiuka sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
A. Kondisi Umum (menjelaskan tentang bagaimana kondisi umum yang dihadapi oleh organisasi saat ini.)
B. Potensi dan Masalah (menjelaskan tentang potensi organisasi dan masalah yang harus dipecahkan saat ini).

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN ORGANISASI (bab ini boleh sama antara mahasiswa dalam satu organisasi)
A. Visi Organisasi
B. Misi organisasi
C. Tujuan Orgnisasi
D. Sasaran jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek Organisasi

BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
A. Arah Kebijakan dan Strategi Organisasi
B. Arah kebijakan dan Strategi masing-masing Divisi/Bidang

BAB IV PENUTUP

LAPIRAN
Rencana kerja tahunan (yang dilakukan semester ini)
Matrik rencana kerja jangka menengah
matrik rencana kerja jangka panjang




Jika mahasiswa sudah mengakses bahan ini, silahkan menjadi pengikut atau kirim link ke website ini. sebagai bukti anda minggu ini telah mengikuti proses perkuliahan.

Jika ada pertanyaan, silahkan kirim pertanyaan melalui "komentar" atau posting (yang ada gambar amplop) pada bagian bawah dari artikel ini.

Semalat hari raya I'dul Adha. Semoga Alloh memudahkan semua orang yang berniat dan terlibat dalam segala kebaikan.

Senin, 09 November 2009

bahan UTS Mata Kuliah Perilaku Organisasi

SMP GOYOBOD
Munculnya banyak bantuan berupa bantuan Block grand ke sekolah saat ini tidak menjadi lebih bergairah bagi para personil sekolah menengah pertama Goyobod. Hal ini dikarenakan adanya berbagai hal yang dirasakan oleh personil sekolah, khususnya para guru, sebagai suatu hal yang tidak adil. Di satu sisi, sekolah mendapatkan bantuan yang cukup besar yakni Rp 50.000.000,00 untuk satu tahun ajaran, tetapi di sisi lain, para guru tidak dilibatkan dalam berbagai program yang dirancang oleh kepala sekolah. Kepala sekolah sendiri baru ditugaskan di sekolah yang bersangkutan selama delapan bulan. Dalam persepsinya, tidak semua guru menyambut baik kepemimpinan kepala sekolah, terutama para guru senior.
Kepala sekolah mengungkapkan bahwasanya melibatkan banyak orang untuk kegiatan tidak menjadi lebih efektif, tetapi malah menjadi lebih rumit, bahkan banyak konflik. Demikian persepsi kepala sekolah. Berbeda dengan persepsi guru yang mengungkapkan bahwasanya yang menyebabkan konflik dan ketidakgairahan mereka dalam bekerja di sekolah karena mereka tidak/kurang dilibatkan dalam berbagai hal yang strategis, seperti dalam hal program blok grant ini. Perbedaan persepsi ini tidak terselesaikan dengan sendirinya, bahkan menjadi semakin runcing karena tidak adanya upaya penyelesaian. Dalam anggapan kepala sekolah, membahas hal tersebut dalam rapat akan menyusahkan penyelesaian pekerjaan yang diembankan dalam program block grant ini, karena kepala sekolah telah berpengalaman dengan perilaku para guru yang sering ingin ikut terlibat dalam program-program yang dikategorikan ada dananya, sedangkan program yang tidak didanai/kecil dananya tidak menjadi persoalan bagi para guru, demikian anggapan kepala sekolah terhadap para guru.
Dalam persepsi guru, adanya rapat untuk membahas bersama berbagai masalah sekolah menjadi sangat urgen untuk kemajuan sekolah. Dua kondisi (perbedaan anggapan antara guru dan kepala sekolah) tersebut menjadi tidak menyenangkan baik bagi kepala sekolah, para guru, maupun staf sekolah, termasuk yang dirasakan para siswa dan orang tua siswa. Sehingga apabila ada hal-hal sepele yang tidak nyaman menjadi hal yang besar. Misal ketika tidak tersedia teh celup bagi guru, para guru berkomentar dan lebih jauh dari itu mengangap ini adalah kegagalan kepemimpinan kepala sekolah.
Jika Anda diposisikan sebagai seorang ahli di bidang Administrasi Pendidikan dengan keahlian di bidang Perilaku Organisasi dan diminta untuk menganalisis masalah dan memecahkannya, maka Anda akan melakukan serangkaian kegiatan. Uraikan kegiatan tersebut dengan menjawa tiga pertanyaan di bawah ini!
Pertanyaan:
1.Apa masalah yang dihadapi dalam kasus di atas?
2.Apa penyebab dan dampak dari masalah tersebut?
3.Bagaimana pemecahan masalah tersebut dari sisi teori motivasi, teori dinamika kelompok, dan iklim organisasi? uraikan dengan jelas!

Jawaban dikirim lewat message di facebook paling lambat selasa, 10 November 2009 pukul 20.00.
Selamat berjuang.....

Senin, 02 November 2009

Kasus Motivasi Organisasi

“KAMI TIDAK BERSEMANGAT UNTUK BEKERJA RAJIN”

Di suatu Sekolah Menengah Pertama yang berada di Kota Pasundan kepala sekolah asal Jakarte telah mengeluhkan kepada temannya mengenai bebannya yang berat dalam memimpin sekolah. Pasalnya ia kurang didukung oleh personil sekolah dalam berbagai tindakan untuk mencapai visi sekolah. Ia menuturkan bahwasanya apa yang telah ia pelajari di Cambride University Australia telah ia praktekkan sebagaimana didapatkan semasa kuliah dulu ketika mengambil S2 di program studi Administrasi Publik, namun para personil sekolah tidak bekerja sebagaimana ia harapkan, bahkan ia diacuhkan dan dikucilkan karena dianggap sombong oleh personil sekolah lainnya yang mayoritas berasal dari Kota Pasundan ini.

Setelah diidentifikasi secara langsung apa yang terjadi kepada para personil sekolah melalui wawancara langsung, para personil sekolah mengungkapkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah tidak cocok dengan gaya kerja kami sebagai orang pasundan. Dia terlalu demokratis dan begitu bebas. Padahal kami begitu bingung dengan apa yang harus kami lakukan jika kepala sekolah meminta kami untuk melakukan sesuatu dan segala sesuatunya diserahkan kepada kami. Kami merasa tidak tahu apa keinginan kepala sekolah dan apabila kami ada kesalahan, kepala sekolah begitu bebas memberikan koreksi dan teguran tanpa memandang apapun dan dimanapun. Akhirnya kami bekerja seadanya saja dan tidak bersemangat untuk bekerja rajin atau lebih rajin.

Setelah mendapatkan informasi dari kepala sekolah dan personil sekolah di atas, Anda diminta oleh kepala sekolah untuk memecahkan persoalan tersebut.

Tugas:

  1. Identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam memimpin sekolah?
  2. Menurut Anda mengapa personil sekolah tidak bertindak sebagaimana diharapkan oleh kepala sekolah?
  3. Untuk memecahkan permasalahan kasus di atas, solusi apa yang akan Anda tawarkan kepada kepala sekolah? Teori motivasi apa yang anda gunakan untuk memecahkan hal tersebut?
  4. Hal-hal apa yang dapat menjadikan personil sekolah menjadi puas!

--- ooo0ooo ---

Rabu, 21 Oktober 2009

Bahan Kuliah manajemen stratejik, kamis 22 Okt 2009














Refleksi Birrulwaalidain



Siapa yang ingin melihat betapa rindunya seorang ayah kepada putera/puterinya walaupun mereka sudah dewasa dan berkeluarga, tonton clip ini bos...!

Orang tua pasti akan merasa kesepian ketika anak-anaknya memiliki keluarga baru. Mereka (orang tua) cenderung merasa ditinggalkan.

Jangan.... jnagan sekali-kali melupakan orang tua..... bisi kawalat.

Selasa, 20 Oktober 2009



Mendengarkan dan menyaksikan musik ternyata dapat menggugah hati. Insya Alloh menjadikan hati terus merasa hidup dan menjadi lebih sadar akan ketergantungan kita sebagai manusia kepada orang tua dan Alloh swt.

Mari cerdo'a, supaya kita semua menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah dan diberikan keturunan yang sholeh dan sholehah.

Senin, 19 Oktober 2009

KASUS: “DINAMIKA KELOMPOK DI SEKOLAH”

Tugas Mata Kuliah: Perilaku organisasi – Tahun ajar 2009/2010

Seiring dengan bergulirnya implementasi UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, sekolah-sekolah diharapkan mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah (MBS). Dalam hal tersebut, Depdiknas akan memberikan berbagai bantuan dana ke sekolah dengan (salah satu) syaratnya sekolah telah melaksanakan MBS. Artinya ada komite sekolah dalam struktur sekolah.
Di satu sisi, untuk mengimplementasikan MBS, para stakeholder haruslah terlebih dahulu paham dengan konsep MBS, sehingga nantinya akan berjalan lancar. Namun untuk mencapai hal tersebut kepala sekolah harus melakukan berbagai pertemuan dan konsolidasi dengan berbagai pihak. Artinya akan cukup memakan waktu yang tidak sebentar untuk memberikan wawasan dan pengertian serta keterampilan bagi para stakeholder untuk mengimplementasikan MBS.
Di sisi lain, kepala sekolah merasa tergiur dan tertantang untuk mendapatkan berbagai bantuan dana dari Depdiknas yang nilainya bisa mencapai ratusan juta. Untuk hal tersebut kepala sekolah ditantang untuk mengajukan proposal yang disetujui oleh komite sekolah.
Pada akhirnya kepala sekolah memutuskan untuk menyusun komite sekolah dari unsur BP3 terdahulu (yang sudah dibubarkan), dengan pikiran 1) nanti akan dikonsolidasikan lebih lanjut dengan berbagai pihak (stakeholder), 2) komite sekolah ini hanya untuk kepentingan mendapatkan bantuan dana, dan 3) waktu untuk pengajuan proposal bantuan dana sudah mepet (tinggal 3 hari lagi). Dengan pertimbangan tersebut, kepala sekolah akhirnya menghubungi mantan ketua BP3 dan wakasek kurikulum. Dari pertemuannya dengan mereka, kepala sekolah meminta mantan ketua BP3 menjadi ketua komite sekolah, sedangkan pengurusnya ditunjuk saja dan wakasek kurikulum menjadi bendahara untuk kegiatan yang diajukan melalui proposal.
Tiga bulan setelah proposal ditandatangani oleh kepala sekolah dan ketua komite sekolah, proposal pun disetujui untuk didanai oleh Depdiknas. Sekolah diputuskan mendapatkan bantuan sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk kegiatan yang diusulkan. Dalam proposal, kegiatan yang diusulkan berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran. Namun demikian para guru di sekolah dan personil lainnya tidak pernah tahu mengenai apa program yang direncanakan. Tiga point utama yang menjadi aspek pembiayaan dalam proposal adalah:
1. Peningkatan kesejahteraan dan profesionalisme guru (10%);
2. Peningkatan fasilitas pembelajaran (20%); dan
3. Bea siswa bagi siswa yang tidak mampu (70 %).
Setelah satu bulan sekolah mendapatkan dana bantuan sekolah, belum ada program yang dijalankan oleh sekolah dengan menggunakan dana bantuan tersebut. Namun pada akhirnya ada salah seorang guru yang mengetahui mengenai keberadaan dana bantuan di sekolah. Untuk memancing kepala sekolah supaya transparan, guru membuat artikel di media masa setempat mengenai “Dana Sekolah atau Dana Kepala Sekolah?”. Guru tersebut meminta pihak media masa tidak mencantukan namanya dalam media cetak.
Setelah muncul artikel tersebut kepala sekolah merasa tersinggung karena jelas-jelas artikel tersebut menyebutkan nama sekolah yang menerima bantuan dan isinya menyindir serta cenderung menuduh kepala sekolah TIDAK TRANSPARAN DAN KORUPSI. Semakin hari iklim sekolah menjadi semakin panas, sehingga hubungan kepala sekolah dengan personil sekolah menjadi kaku. Karena dikhawatirkan semakin tajam dan meruncingnya permasalahan di sekolah, pada akhirnya kepala sekolah mengadakan rapat dengan mengundang komite sekolah, bendahara, para guru, staf sekolah, para orang tua dan bahkan perwakilan siswa.

Pertanyaan kasus:
1. Coba identifikasi, adakah kelompok dan tim dalam kasus tersebut? Jika ada, sebutkan dan jelaskan!
2. Bagaimana dinamika kelompok di sekolah? Apakah dinamis atau tidak dinamis? Apa indikatornya?
3. menurut Anda, apakah kondisi di sekolah tersebut dapat memberikan kepuasan kepada kelompok-kelompok yang ada di sekolah? Apa kira-kira indikator yang dapat Anda lihat?
4. Bagaimana seharusnya kepala sekolah merespon masalah yang terjadi di sekolah tersebut?
5. Bagaimana para guru dan personil sekolah lainnya merespon masalah tersebut?
---oo0oo---

Jumat, 11 September 2009

Rincian materi Pengelolaan Pendidikan

MATERI PENGELOLAAN PENDIDIKAN

Deskripsi Mata Kuliah:
Mata kuliah pengelolaan pendidikan merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa kependidikan (calon pendidik dan tenaga kependidikan). Mata kuliah ini memberikan dasar pemikiran dan langkah-langkah (prosedur) operasional dalam mengelola pendidikan.

Tujuan Perkuliahan:
Memfasilitasi mahasiswa untuk memiliki pemahaman yang mendalam mengenai konsep dasar, fungsi dan peranan, proses dan prosedur, serta bidang-bidang garapan pengelolaan pendidikan di tingkat mikro (persekolahan), messo (kabupaten/kota), dan makro (nasional).

Dosen Pengampu:
Cepi Triatna, S.Pd., M.Pd.

1. Wawasan Dasar Pengelolaan Pendidikan
2. Pengelolaan Satuan Unit Pendidikan
3. Pengelolaan Kelas
4. Pengelolaan Kurikulum
5. Pengelolaan Peserta Didik
6. Pengelolaan Tenaga Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
7. Pengelolaan Sarana Dan Prasarana
8. Pengelolaan Keuangan Pendidikan
9. Pengelolaan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
10. Kepemimpinan Pendidikan
11. Supervisi Pendidikan
12. Sistem Informasi Pendidikan Dan Ketatausahaan
13. Pengawasan Dan Penilaian Satuan Pendidikan
14. Masalah Kontemporer Pengelolaan Pendidikan Nasional

Bagi Mahasiswa Jurusan PKn Kelas A yang tetap mengikuti perkuliahan (tidak FKKB), Mohon mempersiapkan diri untuk diskusi, sebagaimana diharapkan oleh mahasiswa saat pertemuan pertama. Semoga Alloh Yang Maha Mengetahui memberikan kemudahan untuk mencari ilmu yang bermanfaat. Thanks.

Kamis, 13 Agustus 2009

Memahami Yang Tersulit

Kira-kira apa yang paling sulit dipahami di dunia ini? apakah matematika? teknologi, IPA, atau apa? permasalahan hidup seseorang begitu kompleks, bahan apabila diselami satu persatu atau orang per orang, permasalahan itu berbeda satu sama lain. Bayangkan didunia ini ada bertrilyun-trilyun orang dengan masalah yang berbeda satu sama lain.
Memahami matematika adalah bukan hal yang sulit, tandanya banyak sarjana matematika, demikian halnya teknologi, IPA dan yang lainnya. dalam kurun waktu tertentu, paling lama 5 tahun seseorang sudah dapat menamatkan gelar sarjana dalam bidang tertentu. Namun demikian, terkait dengan bagaimana yang tersulit biasanya memerlukan waktu yang sangat lama, bahkan seumur hidup. Banyak hal yang tidak dapat diketahui sampai seseorang tersebut meninggal dunia. Diantara sekian banyak hal yang sulit dipahami adalah "jati diri seseorang". Kondisi saat ini yang penuh dengan materalisme diberbagai sektor, termasuk dalam dunia pendidikan, telah mengkondisikan diri-diri manusia keluar dari jati diri yang sebenarnya, sehingga sulit meyakini mana sebenarnya yang menjadi jati diri yang harus dimainkan/diperankan.
Banyak orang yang sudah doktor bahkan profesor tetapi belum mampu memahami siapa dirinya sebenarnya? hal ini tercermin dari perilaku keseharian yang tidak konsisten dengan apa yang diyakininya. perilaku yang muncul tidak dapat dipahami sebagai sebuah sosok yang diomongkannya atau kebalikan dari apa yang diomongkannya. Kondisi ini banyak tidak disadari oleh banyak orang. Bahkan kebanyakan orang tidak sadar bahwa peran yang dimainkannya tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakannya.
Mari kita cek diri kita dengan menjawab "Siapa diri kita sebenarnya? apakah perilaku keseharian kita mencerminkan apa yang kita yakini? apakah orang yang berbeda dengan apa yang kita lakukan mencerminkan kita harus introspeksi?"
Memahami yang tersulit adalah memahami tentang diri, lalu meyakininya, dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya. Banyak manusia yang ketika diombang-ambing oleh jabatan, persahabatan, lawan jenis/pasangan hidup, anak/keluarga, prestasi, penghargaan orang, dan perkara lainnya menjadi sulit dipahami tentang kediriannya.
Mari berpulang pada jati diri kita sebagai muslim sejati, lelaki shaleh-perempuan sholehah. Semoga setiap insan yang mengharap ridho Alloh dapat menemukan RidhoNya, bertemu dengan jalan yang lurus.

Senin, 03 Agustus 2009

Photo-photo baru











Pilihan Hidup

Oleh: Cepi Triatna, M.Pd.

Menarik sekali ketika kemarin bertemu dengan seorang teman yang kemudian mengungkapkan bahwa katanya "orang-orang akan mulai konsern/khusu beribadah manakala mereka dalam kondisi mapan, sedangkan apabila masih memikirkan banyak hal tentang pemenuhan resiko keluarga, mana mungkin bisa khusu ibadah", begitulah sekilas ucapannya.
Sekilas apa yang diucapkan teman ini seperti benar, karena mana mungkin bisa khusu ibadah, semisal sholat kalau ketika sholat kita malah mendengar anak-anak menangis karena ingin makan atau sesuatu yang kita (orang tua) tidak mampu memenuhinya. Namun demikian, dalam hal itu kita juga harus waspada, bahwasanya konsernnya/khusunya atau tidak konsernnya/khusunya kita dalam ibadah itu merupakan pilihan hidup. kaya atau miskin harta tidak menjamin orang seseorang menjadi orang yang getol ibadah. "bukankah orang yang sering ke diskotik/dugem adalah mereka yang berduit", mana mungkin sekelas penghasilan buruh masuk ke diskotik untuk mencari hiburan?".
Wahai diri dan tuan-tuan sekalian, sesungguhnya Alloh adalah Tuhanku Yang Maha Adil, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang terbaik bagi semua makhluk. Tidak ada yang dikategorikan tidak terbaik dari semua kejadian yang ada, karena Alloh memiliki sifat Maha Rahman dan Raahim. Tinggalah kita yang berusaha menyempurnakan niat dan ikhtiar kemudian berserah diri dengan apa yang terjadi. Itu semua bagian dari pilihan hidup kita. Ingatlah Alloh SWT mengingatkan dalam Surah Al Baqarah 2:286
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya"
Wahai tuan-tuan sekalian yang mengenal penulis, Mohon maaf atas segala hal yang tidak berkenan selama ini dari sikap dan perilaku penulis. Ke depan semoga kita semua mendapatkan hidaya dan inayah kepada jalan yang lurus dan dapat memilih jalan yang lurus walaupun banyak rintangannya, dari pada jalan yang menyimpang yang banyak dihiasi oleh kesenangan duniawi.
Kepada istri dan anak-anakku, semoga kalian semua menjadi hamba yang dimuliakan Alloh dengan Islam.
Wallohu a'lam bishawab.

Jumat, 15 Mei 2009

Bahan Kuliah Pengelolaan Pendidikan 15 Mei 2009

Untuk tatap muka di kelas pada hari ini, Jumat, 15 Mei 2009 mari kita bahas mengenai bagaimana caranya manajemen kelas yang harus dilakukan oleh guru supaya terjadi pemblajaran yang aktif pada peserta didik.

Permasalahan yang harus dipecahkan adalah:(1) "apa yang harus dilakukan oleh guru untuk menjadikan para siswa sebagai orang yang aktif belajar di kelas?" (2) bagaimana gambaran anda tentang siswa yang aktif di kelas?, apakah keaktifan siswa di kelas sebagai sesuatu yang positif atau negatif, (3) berdasarkan hasil observasi ke sekolah, apakah kelas-kelas yang diobservasi menunjukkan keaktifan ? coba deskripsikan hasil observasi kelas tersebut dan anda analisis kekurangan guru dalam manajemen kelas!

Jawaban untuk diskusi silahkan di email ke: cepitriatna@yahoo.com

respon terhadap jawaban akan saya kirim/jawab melalui email lagi.
Trims.

Jumat, 03 April 2009

Bahan Tatap Muka, 3 April 2009

Berdasarkan hasil kontrak perkuliahan pada awal semester, hari ini, Jum'at 3 April 2009 ada tatap muka untuk 3 mahasiswa berikut: Surya dharma Purba, Aditya Januar, Bambang Suwitno.
Pelaksanaan tatap muka pada hari ini dilaksanakan melalui pembahasan mengenai manajemen sekolah yang bebas dari korupsi. proses perkuliahan dilakukan dengan cara menjawab pertantaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Manajemen sekolah diimplementasikan supaya tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien serta berkeadilan. Bagaimana pemikiran Anda untuk hal tersebut?
2. Manajemen yang berhasil akan menghasilkan "kepuasan"/satisfaction pada pelanggan/pihak yang dilayani. Di sekolah, pelanggan yang dimaksud adalah peserta didik/siswa. Menurut Anda, apa ciri-ciri peserta didik dikategorikan telah mendapatkan kepuasan?
3. Korupsi dalam penyelenggaraan sekolah diduga akan menyebabkan penyelenggaraan sekolah tidak bermutu sehingga layanan terhadap peserta didik menjadi tidak berkualitas. Bagaimana pendapat anda mengenai hal tersebut?

Jawaban Anda mengenai 3 hal tersebut dimasukkan dalam komentar (Link ke Posting ini) pada website ini. Termasuk jika anda memiliki hal-hal yang ingin dipertanyakan di luar 3 soal di atas.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih

Jum'at, 3 April 2009
Dosen Pengampu


Cepi Triatna, M.Pd.
NIP. 132296773

Minggu, 22 Maret 2009

Sistematika lap studi lap MK Pengelolaan Pend


Bagi Anda para mahasiswa yang telah melaksanakan studi lapangan pada mata kuliah Pengelolaan Pendidikan, silahkan buat progress report laporan dengan sistematika di atas.
Apabila ada kesulitas, silahkan kirim email.

Contoh Kaper lap studi lapangan MK Pengelolaan Pendidikan


Senin, 16 Maret 2009

PEMBELAJARAN AKTIF DI SEKOLAH DASAR
Oleh: Cepi Triatna, M.Pd.*)

A. Pendahuluan
Keberadaan sekolah dasar (SD) banyak diharapkan oleh para orang tua dan masyarakat mampu menjadikan anak sebagai pribadi yang terdidik. Kebanyakan orang tua menitipkan anaknya di SD dengan harapan bahwa kelak anak mereka akan menjadi orang yang berhasil menjalani kehidupannya dan bermanfaat bagi keluarga dan bangsanya. Dalam waktu yang relatif singkat, anak memiliki akhlaq mulia baik terhadap orang tuanya, temannya maupun orang yang berumur di bawahnya.
Harapan orang tua dan masyarakat itu masih sering tidak tercapai, setelah anak lulus atau dalam proses sekolah malah menjadi kurang/tidak kreatif, males, kurang/tidak disiplin, penakut, berpikir sempit, dan lain sebagainya. Yang timbul adalah keberanian anak untuk berbohong pada orang tua/temannya, curang dalam bersaing, suka kekerasan untuk menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Diantara peyebabnya adalah bahwa keberadaan anak di SD dipandang oleh para guru dan orang tua sebagai sebuah proses yang harus dilalui oleh anak tanpa diketahui kemana ujung dari proses tersebut. Masih banyak guru yang berpikir bahwa yang dinamakan pembelajaran adalah “anak mendengarkan ceramah guru” atau “anak menuliskan kembali materi yang ada di buku ajar”, masih banyak guru yang memandang bahwa “mendidik adalah memberitahu”, “anak SD tidak bisa apa-apa,” atau “guru lebih pintar dari anak”, dan lain sebagainya. Pada akhirnya, pembelajaran tidak pernah terjadi dan yang terjadi adalah proses anak menonton guru berceramah dan proses anak melaksanakan apa yang guru perintahkan. Lalu kapan anak belajar yang sebenarnya? Apa yang anak pelajari untuk menjadi bekal kehidupannya yang penuh dengan persaingan, halangan dan rintangan ini?

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah hati.
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian.
Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan tolerasi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar kedermawanan.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran

Dorothy Law Nolte

Makalah ini akan mencoba membahas bagaimana aplikasi pembelajaran yang berfokus pada anak didik dan bagaimana guru memfasilitasi hal tersebut.

B. Apa dan Mengapa Harus Pembelajaran Aktif?
Dua pertanyaan yang harus dijawab lebih awal adalah: (1) Apa yang dimaksud belajar/ pembelajaran aktif? (2) Apakah ada kegiatan belajar/pebelajaran yang tidak aktif atau pasif?
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan anak berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar anak maupun anak dengan pendidik dalam proses pembelajaran tersebut. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak, sehingga semua anak dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
Pada dasarnya semua kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif. Barangkali di kelas seringkali ketika mengajar, guru hanya berbicara, bercerita, dan muridnya mendengar, menonton dan mencatat. Komunikasi yang terjadi adalah satu arah. Guru seringkali bahkan bertindak seperti khotib yang menyampaikan firman Allah dan Sabda Rasullnya pada sholat Jum’at. Ustadz berceramah mengenai suatu topik sedangkan para mustami (ma’mum) dalam kondisi itu hanya sebagai penerima (mendengarkan), sesekali merenung dan mencermati serta mengolah pesan yang didengar bagi dirinya sendiri. Tidak terlihat apa yang terjadi dalam diri orang yang sedang mendengarkan khotbah itu. Kegiatan itu masih dapat dikatakan aktif, setidaknya dalam diri orang yang sedang mendengarkan khotbah jum’at itu sendiri! Kecuali bila ia tertidur, sebab tidak sedikit juga kegiatan kotbah yang justru membuat jemaat pulas tertidur.
Kegiatan belajar di sekolah harusnya tidak demikian, tidak membuat murid bosan atau tertidur. Seharusnya proses belajar itu membuat siswa aktif, menyenangkan/mengasyikan, dinamis, seperti: mendengar dan berbicara, melihat dan membaca, bahkan melakukan peragaan atau melakukan suatu aktifitas. Interaksi guru dan murid terjadi dengan komunikasi multi arah, bahkan terjadi proses interaksi antara siswa dengan siswa lainnya. Mohamad Surya mengemukakan pengajaran akan bersifat efektif jika (1) berpusat kepada siswa yang aktif, bukan hanya guru; (2) terjadi interaksi edukatif diantara guru dengan murid; (3) berkembang suasana demokratis; (4) metode mengajar bervariasi; (5) gurunya profesional; (6) apa yang dipelajari bermakna bagi siswa; (7) lingkungan belajar kondusif serta (8) sarana dan prasarana belajar sangat menunjang[1].
Tentu saja perlu ada gambaran yang jelas mengenai bagimana pembelajaran seharusnya dilakukan oleh guru sehingga peserta didik dapat belajar secara aktif dan mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Orientasi pembelajaran di SD adalah bagaimana anak memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut. Selain itu harapan stakeholder yang tidak dapat ditolak adalah anak memiliki akhlaqul karimah. Akhlaqul karimah meliputi sopan santun, tata krama, etika, moral, dan sikap yang dilandasi oleh nilai keagamaan. Oemar Hamalik mengembangkan gagasan Paul D. Dierich melalui delapan kelompok perbuatan belajar aktif.
1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
4) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi (foto copy), membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
5) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
6) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
7) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
8) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya.[2]
Mengapa harus dilakukan pembelajaran aktif? Ada beberapa landasan pemikiran mengapa pembelajaran di SD harus dilakukan dengan pembelajaran aktif, yaitu:
1) Anak SD adalah anak yang sedang tumbuh, khususnya pada aspek kognitif, afektif, sosial, moral, religi (agama), fisik, dan bahasa. Tahapan perkembangan ini menuntut anak aktif dalam berbagai aktifitas belajarnya, sehingga tugas-tugas perkembangan dapat dicapai pada saat anak memasuki usia remaja awal.
2) Menurut Oemar Hamalik, ada sejumlah manfaat atau kegunaan dari kegiatan pembelajaran aktif, antara lain: (a) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. (b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa. (c) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok. (d) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual. (e) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat. (f) Membina dan memupuku kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orangtua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa. (g) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme. (h) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika. (1995: 91).
Beberapa pandangan mengenai belajar aktif (active learning) dari para ahli mengenai kegiatan, siswa, dan lingkungan belajar active learning yang dipaparkan oleh Missouri Department of Elementary and Secondary Education Missouri Department of Elementary and Secondary Education dalam [http://schoolweb.missouri.edu/stoutland/elementary/active_learning.htm], sebagai berikut:
1) Silberman, M (1996) menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka belajar. belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi…untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan - menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencoba keterampilan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.
2) Glasgow (1996) siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri. Mereka mengambil suatu peran yang lebih dinamis dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka harus mengetahui, apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukan itu. Peran mereka kemudian semakin luas untuk self-management, dan memotivasi diri untuk menjadi suatu kekuatan lebih besar di yang dimiliki siswa.
3) Modell dan Michael (1993) Menggambarkan suatu lingkungan belajar aktif adalah lingkungan belajar di mana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri dari informasi yang telah mereka peroleh.
4) UC Davis TAC Handbook, Active Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menjadi guru bagi mereka sendiri. Active learning adalah suatu pendekatan bukan metode.
5) Menurut Joel Wein (1997:1) mendefinisikan active learning adalah nama suatu pendekatan untuk mendidik para siswa dengan memberikan peran yang lebih aktip di dalam proses pembelajaran. unsur umum di dalam pendekatan ini adalah bahwa guru dipindahkan peran kedudukannya dari yang paling berperan depan suatu kelas dan mempresentasikan materia pelajaran; menjadi para siswa lah yang berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri, dan guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong di dalam proses itu.
6) Mayer (2004) dalam wikipedia [http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one] strategi seperti “active learning” sudah berkembang luas hampir pada semua kelompok teori yang mengenalkan tentang pembelajaran yang mana siswa dapat menemukan sendiri. Bruner pada tahun 1961 pernah menjelaskan bahwa asalkan siswa sudah terlibat dalam proses pembelajaran, kemudian dapat mengingat kembali informasi yang telah diberikan sebelumnya, itu sudah dikatakan siswa aktif. Tetapi penjelasan itu ditentang oleh Mayer (2004); Kirschner, Sweller, and Clark, (2006) yang pada intinya mengatakan bahwa aktif menjelaskan bahwa siswa aktif tidak hanya sekedar hadir di kelas, menghafalkan dan akhirnya mengerjakan soal-soal di akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif baik secara fisik maupun mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan praktik dalam proses pembelajaran.
7) Bonwell dan Eison (1991) dalam wikipedia [http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one] memberikan beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasang-pasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Disarankan agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru kemudian memberikan informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran. Disarankan penggunaan active learning pada saat siswa telah mengenal materi sebelumnya, dan mereka telah memiliki suatu pemahaman yang baik manyangkut materi sebelumnya.
8) Sunartombs mengemukakan bahwa active learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan/ dipraktikkan) dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar. [http://sunartombs.wordpress.com/2008/12/25/pakem-pembelajaran-aktif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/].
Kita Belajar
§ 10 % dari apa yang kita baca
§ 20 % dari apa yang kita dengar
§ 30 % dari apa yang kita lihat
§ 50 % dari apa yang kita lihat dan dengar
§ 70% dari apa yang kita katakana
§ 90 % dari apa yang kita katakana dan lakukan


Beberapa cirri pembelajaran aktif
• Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
• Anak tidak hanya mendengarkan secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi ajar,
• Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi ajar,
• Anak lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,
• Umpan-balik terjadi pada proses pembelajaran.


C. Prinsip-prinsip Pembelajaran Aktif
Dari penelitiannya, Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook (Kaifa, 2002) mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI – somatis, auditori, visual dan intelektual. Dengan pemahaman ini beliau mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar, yakni:
1. Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran
2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3. Kerjasama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Pokok-pokok pikiran Meier mengenai prinsip kegiatan belajar berdasarkan prinsip SAVI dapat dielaborasi lebih lanjut.
Pertama, belajar somatis yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat. Yang dilakukan adalah:
a. Membuat model dalam suatu proses.
b. Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem.
c. Menciptakan bagan, diagram, piktogram.
d. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.
e. Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya dan merefleksikannya.
f. Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik.
g. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain).
h. Melakukan tinjauan lapangan. Lalu menuliskan, menggembar dan membicarakan apa yang dipelajari.
i. Mewawancarai orang di luar kelas.
j. Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.
Kedua, belajar auditori (A), kegiatan mendengar dan berbicara. Apa saja yang dilakukan dalam kegiatan?
a. Membaca keras dari bahan sumber.
b. Membaca paragraf dan memberikan maknanya.
c. Membuat rekaman suara sendiri.
d. Menceritakan buku yang dibaca.
e. Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana menerapkannya.
f. Meminta pelajar memperagakan sesuatu dan menjelaskan apa yang dilakukan.
g. Bersama-sama membaca puisi, menyanyi.
Ketiga, belajar visual (V), kegiatan melihat, mengamati, memperhatikan. Apa sajakah kegiatan dalam pendekatan ini?
a. Mengamati gambar dan memaknainya.
b. Memperhatikan grafik atau membuatnya
c. Melihat benda tiga dimensi.
d. Menonton video, film.
e. Kreasi piktogram.
f. Pengamatan lapangan.
g. Dekorasi warna-warni.
Keempat, belajar intelektual (I), kegiatan mencipta, merenungkan, memaknai, memecahkan masalah. Ada sejumlah kegiatan terkait dengan pendekatan ini, antara lain:
a. Pemecahan masalah.
b. Menganalisis pengalaman, kasus.
c. Mengerjakan rencana strategis.
d. Melahirkan gagasan kreatif.
e. Mencari dan menjaring informasi.
f. Merumuskan pertanyaan.
g. Menciptakan model mental.
h. Menerapkan gagasan bagus pada pekerjaan.
i. Menciptakan makna pribadi.
j. Meramalkan implikasi suatu gagasan.


D. Penutup
Aplikasi pemblajaran aktif di SD merupakan suatu hal yang perlu untuk mengembangkan potensi dan mencapai tugas-tugas perkembangan anak. Untuk sampai pada implementasi pembelajaran aktif, guru harus terlebih dahulu memahami alasan mengapa anak perlu belajar secara aktif. Sebagai guru yang memiliki kewajiban dalam mendidik anak, guru selayaknya memfasilitasi anak untuk selalu aktif dalam setiap pembelajaran. Implementasi layanan pembelajaran aktif dapat dilakukan melalui model pembelajaran proyek, dimana anak secara individu atau kelompok mengembangkan sebuah kegiatan untuk membuat suatu karya yang kemudian karya tersebut ditampilkan dihadapan peserta didik lainnya.

Daftar Pustaka:
B.S.Sidjabat. Teori Belajar Aktif Dalam Pembelajaran Pak. Tersedia online: [http://www.tiranus.net/?p=21] Akses pada 19 Januari 2009.
Bonwell dan Eison (1991) dalam wikipedia Tersedia online: [http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one].
Dave Meier. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa.
Gordon dryden & Jeannette Vos. 1999. Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan ”Fun” – Edisi Lengkap Keajaiban Pikiran (I), Sekolah Masa Depan (II). Bandung: Kaifa.
Mayer. 2004. wikipedia [http://en.wikipedia.org/wiki/active_learning#column-one]
Missouri Department of Elementary and Secondary Education Missouri Department of Elementary and Secondary Education dalam [http://schoolweb.missouri.edu/stoutland/elementary/active_learning.htm.
Mohamad Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Oemar Hamalik. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sunartombs. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Tersedia online [http://sunartombs.wordpress.com/2008/12/25/pakem-pembelajaran-aktif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/] 19 Januari 2009


*) Disajikan dalam seminar di Kabupaten Garut, Kamis 22 Januari 2009
[1] Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), p. 77-79
[2] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Bumi Aksara, 1995), h. 90.