PENGUASAAN KOMPETENSI MAHASISWA
DALAM MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
MELALUI APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT
Oleh:
Cepi Triatna, M.Pd.
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2008
DALAM MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
MELALUI APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT
Oleh:
Cepi Triatna, M.Pd.
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2008
A. Pendahuluan
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa lulusan kependidikan adalah kemampuan dalam mengelola sekolah. Kompetensi ini menuntut mahasiswa untuk mampu mendeskripsikan, menguraikan, menganalisis, dan memprediksi berbagai hal terkait dengan bagaimana suatu sekolah harus dikelola. Aspek-aspek dalam manajemen sekolah ini minimal meliputi: manajemen kurikulum, manajemen kelas, manajemen peserta didik, manajemen tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen sarana dan prasarana sekolah, manajemen hubungan sekolah-masyarakat, manajemen keuangan sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, supervisi pendidikan, pengawasan pendidikan, dan system informasi manajemen sekolah.
Penguasaan kompetensi dalam mata kuliah pengelolaan pendidikan biasanya muncul dalam bentuk pemahaman teoritik mahasiswa yang tidak dapat diaplikasikannya dalam bentuk praktek atau pemecahan kasus. Masalah ini dapat diidentifikasi sebagai pemahaman mahasiswa yang ”terlalu textbook thinking.”
Untuk memecahkan masalah tersebut, kami memprediksi salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan knowledge management dalam proses perkuliahan. Aplikasi ini akan mengembangkan dua pengetahuan yaitu, tacit knowledge dan explicit knowledge. Dalam persfektif/sudaut pandang/kajian teori belajar, model ini dikenal dengan istilah knowledge creation theory (teori penciptaan pengetahuan).
Knowledge management dapat diterjemahkan sebagai manajemen pengetahuan. Beberapa orang mendefinisikan knowledge management dengan titik tekan yang beragam, diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Hendrik (2003) merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten. http://www.km-forum.org/ KM adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang.
Pengetahuan dalam knowledge management ini dibagi menjadi bua bagian, yaitu: explicit knowledge dan tacit knowledge. Tacit knowledge dan explicit knowledge merupakan dua istilah yang masih asing dalam telinga orang-orang Indonesia dan masih rendah aplikasinya dalam berbagai praktek. Dua istilah ini berkembang dalam banyak ilmu dan digunakan oleh berbagai bidang praktisi, baik di dunia bisnis, pendidikan, kesehatan, bahkan dunia religi. Identifikasi secara keilmuan menunjukkan bahwa Tacit knowledge dan explicit knowledge berkembang dalam berbagai keilmuan seperti: Knowledge management, organizational learning, adult learning, research methods, business ethics, leadership, evolutionary and institutional economics, econometrics, mathematics, decision making, psychology, and religious thought.
B. Metodologi
Alur yang dikembangkan untuk pembelajaran dalam perkuliahan pengelolaan pendidikan ini adalah pemaparan maksud dan tujuan perkuliahan, fasilitasi pemahaman konsep dasar pengelolaan pendidikan, pemaparan pengalaman pengelolaan pendidikan pada level sekolah oleh praktisi, diskusi masalah dan pemecahan masalah yang ditemui dari praktek lapangan, dan refleksi.
C. Hasil dan Pembasan
Tindakan yang dilakukan siklus kesatu adalah: “Mendatangkan nara sumber dari praktisi, yaitu Kepala Sekolah untuk memberikan paparan pengalamannya dalam manajemen kurikulum.”
Berdasarkan hasil akhir di siklus satu, diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan, dilihat dari nilai atau skor capaian rata-rata kelas. Rerata kelas baru mencapai 2,37. Kalau dikonversi ke dalam hurup, angka ini mencerminkan nilai C. Padahal hasil yang ditargetkan adalah rata-rata di kategori B. untuk itu tim mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil akhir di siklus satu, diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan, dilihat dari nilai atau skor capaian rata-rata kelas. Rerata kelas baru mencapai 2,37. Kalau dikonversi ke dalam hurup, angka ini mencerminkan nilai C. Padahal hasil yang ditargetkan adalah rata-rata di kategori B. untuk itu tim mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.
Analisis beberapa kekurangan yang didapat dari pelaksanaan perkuliahan di siklus I adalah:
1) Masih rendahnya penguasaan mahasiswa terhadap materi perkuliahan. Rerata kelas berada pada skor 2, 37, bahkan nilai terendah berada pada posisi 1,76. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan dengan nara sumber yang telah dilakukan masih belum mampu mengembangkan knowledge management dalam bidang manajemen kurikulum.
2) Masih sedikitnya mahasiswa yang hadir di kelas tepat waktu, yaitu pukul 10.30, yaitu hanya 62 %. Lainnya masih sering terlambat.
3) Masih sedikitnya (68%) mahasiswa yang melakukan persiapan perkuliahan dengan membuat resume dari berbagai bacaaan yang dilakukannya. Hal ini tentu berimplikasi pada pengetahuan awal yang akan menyambungkan mahasiswa dengan materi-materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Berdasarkan berbagai kekurangan tersebut, untuk implementasi perkuliahan selanjutnya akan mengembangkan beberapa hal berikut:
1) Mendatangkan nara sumber dari lapangan untuk materi selanjutnya, yaitu materi manajemen kelas.
2) Meminta nara sumber selanjutnya untuk membuat power point sebagai bagian dari presentasinya di kelas.
Siklus 2 merupakan pertemuan ke-5 dengan materi: manajemen kelas. Treatment dilakukan dengan (1) mendatangkan guru kelas V Sekolah Dasar Interaktif (SIAS) Bapak Iwan Kurniawan, S.Pd. sebagai nara sumber (2) mengharuskan nara sumber untuk membuat media presentasi berupa power point.
Berdasarkan hasil pada siklus kedua, maka dapat diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan, bahkan menurun dibandingkan dengan siklus I. Rerata kelas hanya mencapai 2,13. Kalau dikonversi ke dalam hurup, angka ini mencerminkan nilai C. Padahal hasil yang ditargetkan adalah rata-rata di kategori B. Untuk itu tim lebih jauh mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.
Analisis beberapa kekurangan yang didapat dari pelaksanaan perkuliahan di siklus II adalah:
1) Penguasaan materi perkuliahan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan siklus I. Rerata kelas berada pada skor 2,13. Hal tersebut menunjukan penurunan nilai sebesar 0,24 point. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan dengan nara sumber dan aplikasi multimedia masih belum mampu mengembangkan knowledge management dalam bidang manajemen kelas.
2) Masih sedikitnya mahasiswa yang hadir di kelas tepat waktu, yaitu pukul 10.30, yaitu hanya 18, 92 %. Lainnya masih sering terlambat.
3) Perkembangan pengetahuan stratejik bagi mahasiswa sepertinya terkendala oleh gambaran parsial mahasiswa mengenai manajemen sekolah secara keseluruhan. Mahasiswa hanya memahami materi yang dibahas secara parsial, sehingga lebih sulit untuk mengetahui berbagai alasan mengenai berbagai hal yang diceritakan dan dijelaskan oleh nara sumber.
Siklus 3 merupakan pertemuan ke-6 dengan materi: manajemen peserta didik. Treatment dilakukan dengan (1) menghadirkan Kepala Sekolah Dasar Interaktif (SIAS) Bapak Abdul, S.Ag. sebagai nara sumber, (2) mengharuskan nara sumber untuk membuat media presentasi berupa power point, (3) mengharuskan nara sumber untuk membahas mengenai tujuan akhir sekolah kemudian bagaimana peserta didik dikelola, masalah yang dihadapi dan terakhir kaitan antara manajemen peserta didik dengan pencapaian profil lulusan.
Berdasarkan hasil pada siklus ketiga, maka dapat diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan sebagaimana diharapkan, dimana rata-rata capaian nilai mahasiswa adalah 3.35. artinya masih kurang sekitar 0,40 point untuk sampai pada kondisi ideal. Walaupun demikian, terjadi peningkatan capaian nilai baik dilihat dari siklus I ke siklus III atau dari siklus II ke siklus III. Kalau dikonversi ke dalam hurup, capaian rata-rata angka ini mencerminkan nilai B. Hasil siklus III ini memberikan isyarat pada tim untuk lebih jauh mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.
Analisis beberapa kekurangan yang didapat dari pelaksanaan perkuliahan di siklus II adalah:
1) Penguasaan materi perkuliahan belum memenuhi standar keberhasilan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan dengan nara sumber dan aplikasi multimedia masih belum mampu mengembangkan knowledge management dalam bidang manajemen peserta didik. Namun perlu menjadi catatan bahwasanya gambaran komprehensif mengenai materi yang ditindaklanjuti dengan penjelasn materi secara bagian-bagian memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan fasilitasi materi secara parsial.
2) Masih adanya mahasiswa yang hadir di kelas tidak tepat waktu, yaitu pukul 10.30, yaitu 08, 10 %. Hal ini belum menjadi suatu kebiasaan, tetapi lebih bersifat insidental.
3) Perkembangan pengetahuan stratejik dalam hal manajemen sekolah, khususnya manajemen peserta didik bagi mahasiswa masih belum bisa dicapai secara maksimal.
Siklus ketiga menunjukkan perbaikan dari siklus kesatu dan kedua. Hal ini tentu saja berimplikasi pada dinamusasi dan kualitas proses perkuliahan selanjutnya. Selanjutnya peneliti tidak mengembangkan lagi treatment yang dikaitkan dengan penelitian. Sehubungan dengan masa akhir penelitian yang berbarengan dengan masa berakhirnya siklus ketiga.
Walaupun demikian, proses perkuliahan terus dikembangkan dengan berorientasi pada pemecahan masalah riil yang dihadapi. Beberapa masalah pokok yang dihadapi dalam mata kuliah pengelolaan pendidikan adalah:
1) Persiapan mahasiswa untuk kuliah, khususnya persiapan membaca masih dikategorikan kurang.
2) Mahasiswa masih ada yang terlambat datang ke kuliah.
3) Proses interaksi perkuliahan masih belum bisa secara massif. Hanya mahasiswa tertentu saja yang mau dan mampu memberikan respon berupa kritik, sanggahan, atau pertanyaan yang berkualitas.
4) Capaian penguasaan kompetensi dalam mata kuliah untuk setiap pertemuan belum sesuai dengan standar yang ditentukan.
Perbandingan capaian hasil penguasaan pengetahuan stratejik pada siklus I, II, dan III antara kelas yang diberi tindakan (mahasiswa Jur. Pendidikan Geograpi) dengan kelas yang menggunakan metode ceramah (kelas pendidikan biologi) dapat dilihat sebagai berikut:
1) Persiapan mahasiswa untuk kuliah, khususnya persiapan membaca masih dikategorikan kurang.
2) Mahasiswa masih ada yang terlambat datang ke kuliah.
3) Proses interaksi perkuliahan masih belum bisa secara massif. Hanya mahasiswa tertentu saja yang mau dan mampu memberikan respon berupa kritik, sanggahan, atau pertanyaan yang berkualitas.
4) Capaian penguasaan kompetensi dalam mata kuliah untuk setiap pertemuan belum sesuai dengan standar yang ditentukan.
Perbandingan capaian hasil penguasaan pengetahuan stratejik pada siklus I, II, dan III antara kelas yang diberi tindakan (mahasiswa Jur. Pendidikan Geograpi) dengan kelas yang menggunakan metode ceramah (kelas pendidikan biologi) dapat dilihat sebagai berikut:
TABEL 1
REKAPITULASI PERBANDINGAN PENGUASAAN PENGETAHUAN STRATEJIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Tabel perbandingan di atas menunjukkan bahwa treatment dengan menghadirkan nara sumber untuk meningkatkan pengetahuan stratejik memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Walaupun berbeda pada siklus I dan II, namun pada siklus III, hasilnya hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwasanya implementasi perkuliahan pengelolaan pendidikan dengan menggunakan metode klasikal dan mendatangkan nara sumber tidak dapat memberikan pengaruh yang berbeda dalam upaya pengembangan pengetahuan stratejik mahasiswa dalam materi yang dibahas.
Faktor yang mendukung terhadap penguasaan kompetensi ini dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau motif internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri mahasiswa sendiri. Secara teoritik, motif internal ini akan lebih kuat mempengaruhi perilaku seseorang.
Beberapa motif internal yang dapat dibaca muncul dari perilaku mahasiswa selama proses perkuliahan adalah :
1) Keinginan mahasiswa yang kuat untuk menjalani perkuliahan dengan baik. Motif ini barangkali tidak berdiri sendiri, tetapi disebabkan oleh faktor eksternal.
2) Munculnya orientasi diri mahasiswa yang berdimensi jangka panjang. Mereka menginginkan di masa yang akan dating mereka dapat sukses dalam menjalani profesi sebagai guru professional.
3) Nilai yang dianut mahasiswa sejak mereka masuk. Hal ini dapat terlihat dari perilaku mereka ketika di kelas. Missal, manakala mereka terlambat, mereka meminta maaf pada dosen dan berusaha untuk menerima konsekwensi dari apa yang telah mereka lakukan. Nilai-nilai ini perlu dipelihara dan dikuatkan untuk menjadi terus menetap dan berkembangn secara positif dalam bentuk perilaku perkuliahan.
Beberapa motif eksternal yang dianggap baik dalam mendorong perilaku aktif mahasiswa ketika persiapan maupun proses perkuliahan, yaitu:
1) Penjelasan dan penekanan tim dosen mata kuliah terhadap pentingnya mahasiswa merespon perkulihan secara positif dan aktif guna mewujudkan berbagai harapan, seperti harapan orang tua dan perbaikan bangsa.
2) Aturan perkuliahan yang mengharuskan mahasiswa untuk tunduk dan patuh pada aturan akademik UPI dan kesepakatan yang dibuat dengan tim dosen. Seperti mahasiswa atau tim dosen tidak boleh masuk ke kelas, apabila terlambat lebih dari 15 menit.
Persaingan antara mahasiswa di kelas. Sebagian mahasiswa memiliki tingkat kompetitif yang cukup tinggi sehingga proses perkuliahan berlangsung cukup dinamis. Para mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang memiliki kebutuhan yang cukup tinggi yang dapat dilihat dari kemauan mereka untuk membaca dulu sebelum masuk perkuliahan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan motif mahasiswa dalam proses perkuliahan pengelolaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi penerapan prinsip belajar. Dalam konteks ini, perkuliahan harus dimaknai sebagai sesuatu yang bermakna.
2. Optimalisasi unsur dinamis perkuliahan.
3. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan mahasiswa.
4. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
Melihat pada berbagai faktor pendukung dan penghambat di atas, maka harus ada reposisi peran-peran tim dosen dan mahasiswa yang diorientasikan pada dinamisasi dan penguatan kompetensi mahasiswa.
REKAPITULASI PERBANDINGAN PENGUASAAN PENGETAHUAN STRATEJIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Tabel perbandingan di atas menunjukkan bahwa treatment dengan menghadirkan nara sumber untuk meningkatkan pengetahuan stratejik memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Walaupun berbeda pada siklus I dan II, namun pada siklus III, hasilnya hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwasanya implementasi perkuliahan pengelolaan pendidikan dengan menggunakan metode klasikal dan mendatangkan nara sumber tidak dapat memberikan pengaruh yang berbeda dalam upaya pengembangan pengetahuan stratejik mahasiswa dalam materi yang dibahas.
Faktor yang mendukung terhadap penguasaan kompetensi ini dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau motif internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri mahasiswa sendiri. Secara teoritik, motif internal ini akan lebih kuat mempengaruhi perilaku seseorang.
Beberapa motif internal yang dapat dibaca muncul dari perilaku mahasiswa selama proses perkuliahan adalah :
1) Keinginan mahasiswa yang kuat untuk menjalani perkuliahan dengan baik. Motif ini barangkali tidak berdiri sendiri, tetapi disebabkan oleh faktor eksternal.
2) Munculnya orientasi diri mahasiswa yang berdimensi jangka panjang. Mereka menginginkan di masa yang akan dating mereka dapat sukses dalam menjalani profesi sebagai guru professional.
3) Nilai yang dianut mahasiswa sejak mereka masuk. Hal ini dapat terlihat dari perilaku mereka ketika di kelas. Missal, manakala mereka terlambat, mereka meminta maaf pada dosen dan berusaha untuk menerima konsekwensi dari apa yang telah mereka lakukan. Nilai-nilai ini perlu dipelihara dan dikuatkan untuk menjadi terus menetap dan berkembangn secara positif dalam bentuk perilaku perkuliahan.
Beberapa motif eksternal yang dianggap baik dalam mendorong perilaku aktif mahasiswa ketika persiapan maupun proses perkuliahan, yaitu:
1) Penjelasan dan penekanan tim dosen mata kuliah terhadap pentingnya mahasiswa merespon perkulihan secara positif dan aktif guna mewujudkan berbagai harapan, seperti harapan orang tua dan perbaikan bangsa.
2) Aturan perkuliahan yang mengharuskan mahasiswa untuk tunduk dan patuh pada aturan akademik UPI dan kesepakatan yang dibuat dengan tim dosen. Seperti mahasiswa atau tim dosen tidak boleh masuk ke kelas, apabila terlambat lebih dari 15 menit.
Persaingan antara mahasiswa di kelas. Sebagian mahasiswa memiliki tingkat kompetitif yang cukup tinggi sehingga proses perkuliahan berlangsung cukup dinamis. Para mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang memiliki kebutuhan yang cukup tinggi yang dapat dilihat dari kemauan mereka untuk membaca dulu sebelum masuk perkuliahan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan motif mahasiswa dalam proses perkuliahan pengelolaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi penerapan prinsip belajar. Dalam konteks ini, perkuliahan harus dimaknai sebagai sesuatu yang bermakna.
2. Optimalisasi unsur dinamis perkuliahan.
3. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan mahasiswa.
4. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
Melihat pada berbagai faktor pendukung dan penghambat di atas, maka harus ada reposisi peran-peran tim dosen dan mahasiswa yang diorientasikan pada dinamisasi dan penguatan kompetensi mahasiswa.
D. Penutup
Pada intinya aplikasi knowledge management dalam mata kuliah pengelolan pendidikan melalui interaksi mahasiswa dengan nara sumber dari praktisi manajemen sekolah, yaitu kepala sekolah dan guru belum dapat memberikan pengalaman belajar yang menghantarkan mahasiswa pada penguasaan kompetensi yang aplikatif dalam praktek atau pemecahan masalah (kasus) secara optimal.
Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pencapaian kompetensi yang aplikatif pada mata kuliah Pengelolaan Pendidikan dapat diidentifikasi sebagai faktor internal dan faktor eskternal.
Peran-peran yang harus dilakukan tim dosen dan mahasiswa dalam meningkatkan efektifitas penguasaan kompetensi yang aplikatif melalui aplikasi knowledge management mengharuskan adanya reposisi peran awal menuju peran yang lebih aktif, perkuliahan yang dipusatkan pada mahasiswa, dan memberdayakan potensi mahasiswa, lingkungan kampus, dan tim dosen.
E. Daftar Pustaka
A. Surjadi, 1989, Membuat Siswa Aktif Belajar (65 Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok), CV. Mandar Maju, Bandung.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2006, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP); Research for Instructional Improvement), Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti, Jakarta.
, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
, Panduan Pemantauan dan Evaluasi Laporan Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research for Instructional Improvement) dan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Engkoswara & Moch. Entang. 1983, Pembaharuan Dalam Metode Pengajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan.
Hari Sudrajat, 2003, Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Luas (BBE) Yang Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill), Cetakan ketiga, CV. Cipta Cekas Grafika, Bandung.
Louise Allsopp, 2002, Teaching and Learning in First Year Seminars, Journal of Information Technology Education Volume 1 No. 1, 2002. School of Economics, Adelaide University: Australia
Saudi, 2004, Faktor-Faktor Penghambat Kegiatan Belajar Anak-anak Panti Desa Putera di Sekolah dan di Asrama (Anak-Anak Kelas V dan Kelas VI SD). Tersedia online: http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=76362 [10 Oktober 2008].
Terrence Morrison, 2001, Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building Through Case Base Learning, Asian Development Bank, Tokyo.
Uman Suherman, 2000, Memahami Karakteristik Individu, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2004 Tentang: Penetapan Universitas Pendidikan Indonesia Sebagai Badan Hukum Milik Negara, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2006, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP); Research for Instructional Improvement), Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti, Jakarta.
, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
, Panduan Pemantauan dan Evaluasi Laporan Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research for Instructional Improvement) dan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Engkoswara & Moch. Entang. 1983, Pembaharuan Dalam Metode Pengajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan.
Hari Sudrajat, 2003, Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Luas (BBE) Yang Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill), Cetakan ketiga, CV. Cipta Cekas Grafika, Bandung.
Louise Allsopp, 2002, Teaching and Learning in First Year Seminars, Journal of Information Technology Education Volume 1 No. 1, 2002. School of Economics, Adelaide University: Australia
Saudi, 2004, Faktor-Faktor Penghambat Kegiatan Belajar Anak-anak Panti Desa Putera di Sekolah dan di Asrama (Anak-Anak Kelas V dan Kelas VI SD). Tersedia online: http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=76362 [10 Oktober 2008].
Terrence Morrison, 2001, Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building Through Case Base Learning, Asian Development Bank, Tokyo.
Uman Suherman, 2000, Memahami Karakteristik Individu, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2004 Tentang: Penetapan Universitas Pendidikan Indonesia Sebagai Badan Hukum Milik Negara, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.