Mungkinkah Indonesia bangkit pada tahun 2020?

Sabtu, 06 Desember 2008

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENGELOLA SEKOLAH DALAM UPAYA MEWUJUDKAN SEKOLAH EFEKTIF
Oleh: Cepi Triatna, M.Pd.

A. Pendahuluan
Evaluasi program merupakan suatu kewajiban bagi setiap penyelenggara program untuk mengetahui sampai sejauhmana program yang telah diimplementasikan mencapai tujuan atau sasaran suatu kebijakan yang diharapkan. Dalah hal ini, evaluasi program dapat diartikan sebagai upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan, apakah kegiatan ini dikembangkan (dilanjutkan), ditangguhkan sampai kurun waktu tertentu, atau dihilangkan.
Pengembangan kemampuan pengelola sekolah merupakan suatu upaya dalam kerangka capacity building (membangun kapasitas/kemampuan) organisasi sekolah. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya program pengembangan kemampuan pengelola sekolah akan lebih diketahui oleh para pengelola sekolah itu sendiri, khususnya para pimpinan sekolah.


B. Permasalahan
Permasalahan yang nyata dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat mengetahui bahwa program ini telah terelisasi dengan baik atau belum? Hal ini sudah barang tentu akan mengimplikasikan bagi kita untuk membuat suatu instrument untuk mengukur, apakah program ini telah berhasil mencapai tujuannya atau belum. Namun instrument yang bagaimanakah yang dapat mengukur berhasil atau tidaknya pengembangan kemampuan pengelola sekolah, sehingga sekolah efektif dapat diwujudkan tanpa rintangan yang berarti .
Permasalahan lainnya adalah apakah pimpinan sekolah dan berbagai pihak terkait (pemberi dana) dapat mengetahui hasil dari program yang telah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat? Mungkinkah pengembangan kemampuan pengelola sekolah dapat dilakukan hanya dalam waktu enam bulan s.d satu tahun?
Selain dua permasalahan di atas, masalah substansi juga harus kita respon, yakni apakah personil sekolah dapat mengetahui berhasil atau tidaknya program yang dilaksanakan di sekolah? Bagaimana hal tersebut dapat diketahui dengan mudah?


C. Pokok Pembahasan
Permasalahan pengembangan kapasitas personil sekolah merupakan suatu kerangka jangka panjang, namun dalam jangka waktu yang singkat, hal ini dapat dilakukan dengan melihat berbagai komponen atau fenomena yang muncul pada personil sekolah dalam mengimplementasikan kerja kesehariannya. Bahasan ini akan mengungkapkan suatu kerangka evaluasi program yang dilakukan melalui dua kegiatan, yakni melalui: (1) analisis tujuan (hasil) yang diharapkan dalam jangka pendek dan (2) kerangka analisis kondisi personil sekolah dalam menjalankan tugasnya.


Evaluasi program berdasarkan analisis tujuan dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang ditargetkan pada tahun pertama dengan kondisi yang dicapai saat ini. Adapun hasil yang diharapkan pada tahun pertama adalah:


Taget Jangka Pendek (1 tahun):
1. Dalam layanan pembelajaran
a. Memiliki silabus untuk kurikulum 2006 yang dikembangkan oleh sekolah dan perangkat pendukung pengajarannya.
b. Setiap guru memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan CTL, Authentical Assesment, Fortofolio dalam PBM.
c. Sekolah minimal memiliki satu model pembelajaran dan evaluasinya untuk kurikulum 2006.
d. Siswa-siswa yang memiliki kesulitan belajar telah mengikuti kegiatan bimbingan belajar di sekolah.
e. Sekolah telah melaksanakan remedial teaching bagi siswa-siswa yang dikategorikan kurang dalam pencapaian standar kompetensinya
f. Sekolah telah melaksanakan 1 (satu) kali simposium Guru
g. Minimal 2 (dua) guru telah mengiplementasikan penelitian tindakan kelas (PTK) dan mempresentasikannya dalam simposium guru
Kegiatan dalam pengembangan manajemen dan iklim sekolah
a. Sekolah memiliki dokumen rencana strategis sekolah yang dibuat secara bersama melalui lokakarya
b. Sekolah memiliki sistem informasi manajemen sekolah yang mudah untuk digunakan oleh personil sekolah dan stakeholder
c. Kepala sekolah memiliki keterampilan/skill dalam kepemimpinan kepala sekolah
d. Lingkungan kerja (fisik) personil sekolah tertata dengan baik

Kegiatan dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling
a. Semua guru BK di sekolah telah mengikuti pelatihan mengenai profesi BK (bukan prioritas tahun 2006).
b. Sarana dan prasarana BK tertata dan dapat digunakan untuk kepentingan layanan BK secara efektif dan efisien.

Kegiatan dalam pengembangan layanan kesiswaan dan ekstra kurikuler
a. Muncul/berkembangnya kegiatan-kegiatan kelompok ilmiah remaja (KIR) yang didampingi oleh guru secara khusus
b. Terselenggaranya satu kali lomba kreativitas siswa dalam imtaq, olahraga dan seni
c. Siswa memiliki keterampilan dasar kepemimpinan

Kegiatan dalam pengembangan kemitraan sekolah dengan masyarakat
a. Stakeholders sekolah telah terlibat dalam aktivitas pengelolaan sekolah, meliputi penyusunan/pengembangan renstra sekolah, APBS, bantuan dalam pembelajaran siswa (di sekolah ataupun rumah)
b. Sekolah telah memiliki dan mengedarkan satu bulletin sekolah kepada personil dan stakeholder sekolah

Evaluasi program melalui analisis kondisi personil sekolah dalam menjalankan tugasnya dilakukan dengan mengamati perilaku personil sekolah dengan kerangka berikut:



Gambar 3 kerangka kerja komprehensif untuk mengevaluasi kondisi aktual kinerja guru


Gambar di atas memberikan pemahaman bahwa pengembangan kapasitas seseorang akan terwujud dengan baik manakala terintegrasi lima komponen, yakni visi, keterampilan, insentif, sumberdaya, dan rencana kerja. Apabila kelima komponen tersebut, maka pengembangan kapasitas yang diharapkan akan dapat diwujudkan. Dengan kata lain personil organisasi (termasuk guru) akan dapat merespon tuntutan perubahan sebagaimana terjadi. Namun apabila terjadi kekurang salah satu komponen dari lima komponen di atas, maka personil akan sulit mencapai kinerja yang diharapkan.
Apabila personil tidak memiliki visi, tetapi memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan kebingunan dalam hal apa yang harus dilakukan dan kemana arah dari pelaksanaan tugas yang dilakukannya. Bagi seorang guru hal ini memungkinkan terjadi, misal guru tidak mengetahui untuk apa ia mengajar Matematika di kelas VIII. Artinya guru dalam kondisi kebingungan.
Apabila guru tidak memiliki keterampilan, tetapi ia memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan berada dalam kondisi kekhawatiran. Kekhawatiran muncul karena ia dibayang-bayangi oleh ketidakmampuannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Guru yang tidak memiliki kemampuan mendidik akan selalu dibayang-bayangi kekhawatiran. Khawatir salah dalam berinteraksi dengan siswa, khawatir salam dalam memberikan tugas, khawatir salah dalam menjawab pertanyaan dari siswa, dan lain sebagainya. Dampak dari hal tersebut, para guru/personil biasanya menjadi pemarah atau sering sekali “pundung”.
Apabila guru tidak memiliki insentif yang memadai, tetapi memiliki empat komponen yang lainnya, maka ia akan menolak apa yang dituntut oleh stakeholder termasuk apa yang dituntut oleh kepala sekolah. Guru akan mencari insentif dari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya apabila ia merasakan insentif yang ia terima tidak dapat memuaskan dirinya. Insentif ini dapat berupa materi maupun non materi.
Apabila guru tidak memiliki sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelasanaan dan penyelesaian tugas, tetapi ia memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan prustasi. Guru yang diberikan tugas dan harus mengeluarkan sumberdayanya sendiri, bukan dari sumberdaya sekolah akan merasa prustasi. Karena di satu sisi ia harus memenuhi tuntutan, dan sisi lain ia tidak memiliki sumberdaya untuk memenuhinya atau ia harus menggunakan sumber daya pribadinya.
Apabila guru tidak memiliki rencana aksi, tetapi memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan berjalan di tempat. Apa yang ia lakukan tidak akan terarah kepada pencapaian tujuan, karena kegiatan yang dilakukannya tidak difokuskan pada hal yang jelas dan terarah. Inilah yang menyebabkan ia menjadi “jalan di tempat.” Hal ini akan mengakibatkan prestasi sekolah tidak beranjak dari tahun ke tahun. Bahkan cenderung menurun.
Model evaluasi ini menunjukan bahwa apabila kekurang salah satu dari lima komponen tersebut saja akan menghasilkan kondisi yang tidak diharapkan, apalagi jika dua, tiga atau banyak komponen yang tidak dimiliki oleh guru dan personil sekolah lainnya, maka ia akan berada dalam kondisi yang tidak menentu. Model inipun dapat digunakan untuk menganalisis penyebab mengapa seorang guru atau personil sekolah berada dalam kondisi yang tidak diharapkan. Misal: jika seorang guru menolak untuk bekerja rajin, maka dapat diprediksi bahwasanya ia mendapatkan insentif yang kurang atau rendah atau sama sekali tidak mendapatkan insentif.

D. Kesimpulan
Informasi mengenai keberhasilan atau ketidakberhasilan program yang telah dilakukan hanya akan diketahui oleh pihak sekolah secara nyata. Namun pihak luar juga akan dapat mengetahui keberhasilan program dengan instrument tertentu. Namun satu hal yang penting dalam evaluasi program ini adalah, apakah progam ini akan dikembangkan dalam arti dilanjutkan, ditangguhkan atau diberhentikan.

Tidak ada komentar: