Mungkinkah Indonesia bangkit pada tahun 2020?

Senin, 22 Desember 2008

Catatan 21 Des 2008
(Hari Ibu)

Tiada yang menarik dari hari ini kecuali diri ini mulai merasakan kenikmatan dari mengurus dua amanah Alloh yang sudah dikaruniakan kepada hamba….. “Ya Alloh, ternyata begitu nikmat karuniaMu ini…”.

Sudah empat hari ini, umi dirawat di rumah sakit karena DB, malah dari hari ke hari trombositnya terus turun. Tapi tadi pagi sel darah putihnya katanya sudah agak mendingan. “Alhamdulillah…” otomatis Syifa dan Sofi (SS) menjadi urusan abinya. Apa yang terjadi… tenyata rasanya berat di awal-awal umi di RS, selain susah pada waktu menidurkan neng sofi, ada kehawatiran juga kalo neng kesehatan neng sofi menjadi kurang baik. Soalnya sudah terlighat gejala-gejala flu dan panas + hidung meler. “waduh…. Ripuh yeuh..” begadang semaleman nemanin si kecil. Lebih parah, sofi tuh nangis terus…. Satu waktu pada malem tersebut sempatlah emosi memuncak, karena neng sofi ngak bisa diem, nagis terus dan terus semakin kenceng… bingung, depresi, stress, walaupun Alhamdulillah engga lama. Alhamdulillah Alloh mengingatkan akan amanahku ini. “Ya Alloh, begini para ibu menghadapi anak-anaknya yang sakit….” Begitu tabah mereka menanggapi, mengurus, dan berinteraksi dengan anak-anaknya dalam keadaan suka dan sedih. Walaupun begitu, mereka tidak banyak mengeluh dengan apa yang telah mereka lakukan, atau kadang-kadang disakiti anak-anaknya, baik pada kecil maupun ketika mereka sudah tumbuh dewasa. “kurang ajar betul ya, jika ada seorang anak yang tidak mengingat segala kebaikan ibunya…” terlebih mereka yang malah mendzolimi ibunya dengan ucapan ataupun perilaku lainnya. “masya Allooohhhh..” “ganjarlah mereka dengan kekuasaanMu Ya Alloh, perlihatkanlah kepada mereka Kekuasaan dan KeagunganMu”.

Tapi hari ini, ketika sudah beberapa kali memandikan anak-anak, pagi maupun sore, mereka riang bergembira, merasa senang, ceria, tampak wajahnya merasa begiru tergantung pada orang yang sedang memandikannya… “Ya Alloh…. Begitu banyak dosa hambaMu ini…” selama ini menganggap enteng dan remeh terhadap pekerjaan UMI ketika mengurus dua amanahMu ini. “Alhamdulillah Ya Alloh, hari ini hamba bisa merasakan hal ini…”.

“Rabb mudahkanlah bagi hambaMu ini untuk mendapatkan hidayah dan inayahMu, jadikan hamba sebagai hambaMu yang dapat bermanfaat bagi diri, keluarga dan ummatMu. Karuniakalah pada hamba keturunan yang sholehah, istri yang sholehah, rizki yang halal dan barokah, limpahkanlah hamba dengan ilmu yang bermanfaat..., dan jadikanlah hamba ini sebagai orang yang berbakti pada IBU dan BAPAK (orang tua). Ampunilah hamba Ya Alloh…”

Sabtu, 13 Desember 2008

MEMPERINGATI HARI ANTI KORUPSI
Oleh: Cepi Triatna

Hari merupakan bagian dari minggu, bulan dan tahun. Apakah setiap hari memiliki makna yang sama bagi setiap orang? tentu tidak. 9 Desember diperingati sebagai hari anti korupsi. Pertanyaan yang harus dijawab adalah mengapa harus ada peringatan terhadap pemberantasan korupsi di bumi tercinta ini? apakah manusia-manusia sudah tidak memiliki hati nurani untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai fitrahnya?

Tentu saja hal ini bukan untuk dijawab secara lisan, tetapi harus menjadi bahan diskusi dan perenungan bagi kita semua sebagai makhluk yang dikarunia kemampuan untuk berpikir dan merefleksi semua yang dialami. Korupsi di Negeri ini telah menggurita dari hulu sampai ke hilir. Semua komponen bangsa terlibat dalam praktek haram ini. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi telah menjadi masif (masal) dan menjadi bagian dari budaya bangsa. Tentu saja asumsi ini bukan sebagai suatu pembenaran untuk melakukan korupsi bagi kita, tetapi sekali lagi untuk berpikir dan merenung, karena kita adalah manusia, bukan "domba-domba yang tersesat". Kita adalah manusia yang mampu untuk berpikir dan merefleksi kehidupan ini untuk kemudian mempersiapkan kehidupan yang lebih baik.
Pelajaran dari ini semua adalah:
  1. Setiap dari kita harus tunduk dan patuh pada aturan yang lebih tinggi, yaitu aturan Allah SWT, tanpa ketundukan itu, maka manusia akan kembali pada praktek-praktek korupsi yang akan menyengsarakan bangsa dan menghilangkan kebermutuan dalam pelayanan terhadap rakyat.
  2. Merefleksi atas segala kegiatan yang dilakukan sehari-hari kemudian mempertanyakan, apakah kita masih menjadi bagian dari lingkaran praktek korupsi? Apakah kita menjadi bagian langsung dari praktek korupsi? atau kita bagian dari sistem manajemen yang korup? Jawaban akan hal ini seharusnya menjadikan kita berpikir lebih jauh terhadap kemaslahatan diri, keluarga, dan ummat, bahwanya setiap barang dan uang hasil korupsi merupakan "bathil" dan akan menjadi bibit untuk kerusakan di muka bumi dan siksa yang amat pedih di Akhirat.
  3. Mulailah untuk melakukan perubahan-perubahan sekecil apapun, dimulai dengan mengatakan "korupsi adalah haram dan menyengsarakan rakyat". Perubahan-perubahan akan tereliasasi jika dimulai dari perubahan: keyakinan (korupsi adalah haram), pola pikir (kita akan maju dengan tidak dan menolak korupsi), kebiasan-kebiasaan kerja (sekecil apapun jangan melakukan korupsi dengan berbagai macam bentuknya), dan simbol-simbol tertentu (buatlah slogan-slogan yang bertemakan anti korupsi).
  4. Bersinergi dengan berbagai pihak terkait untuk memberantas korupsi. Jangan pernah ada toleransi dengan praktek korupsi. Karena sekali kita melakukannya, maka akan terus berulang. STOP KORUPSI SEKARANG JUGA!!!

Pusat Studi Manajemen Pendidikan Anti Korupsi adalah salah satu pusat studi yang didirikan untuk tujuan:
  1. Menghidupkan dan mengembangkan kajian-kajian keilmuan terkait dengan manajemen pendidikan.
  2. Merespon berbagai isu dan perkembangan dalam manajemen pendidikan, baik pada level unit satuan pendidikan, kab./kota, propinsi, nasional, maupun internasional.
  3. Memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada stakeholders dalam hal manajemen pendidikan yang bebas dari korupsi. Stakeholders yang dimaksud adalah pengambil kebijakan, manajer sekolah, pengelola pendidikan di yayasan, pengelola pendidikan di kab./kota, pengelola pendidikan di propinsi, pengelola pendidikan di nasional, pengelola pendidikan di perguruan tinggi, dan masyarakat umum yang membutuhkan.
  4. Mendampingi/memfasilitasi sekolah, dinas pendidikan kab./kota, dinas pendidikan propinsi, dan departemen pendidikan nasional dalam hal implementasi manajemen pendidikan yang bebas dari korupsi.
  5. Melakukan riset/penelitian mengenai implementasi manajemen pendidikan yang bebas dari korupsi baik pada skala kab./kota, propinsi, nasional, maupun antar Negara.

Sekretariat Pusat Studi Manajemen Anti Korupsi bertempat di Ruang Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Website : http://www.manajemenpendidikanantikorupsi.blogspot.com/
Email : antikorupsi08@yahoo.co.id

Demikian pesan yang ingin kami sosialisasikan kepada semua masyarakat dan pihak. STOP KORUPSI SAAT INI JUGA !!! Semoga Allah Yang Maha Kuasa memberikan kemudahan bagi kita untuk menjadikan pendidikan bagi semua rakyat yang lebih bermutu.

Bandung, 09 Desember 2008
Ketua Pusat Studi Manajemen Pendidikan Anti Korupsi
Cepi Triatna, M.Pd.
Salam

Spirit of Change for a Better Quality of Education

Sabtu, 06 Desember 2008

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENGELOLA SEKOLAH DALAM UPAYA MEWUJUDKAN SEKOLAH EFEKTIF
Oleh: Cepi Triatna, M.Pd.

A. Pendahuluan
Evaluasi program merupakan suatu kewajiban bagi setiap penyelenggara program untuk mengetahui sampai sejauhmana program yang telah diimplementasikan mencapai tujuan atau sasaran suatu kebijakan yang diharapkan. Dalah hal ini, evaluasi program dapat diartikan sebagai upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan, apakah kegiatan ini dikembangkan (dilanjutkan), ditangguhkan sampai kurun waktu tertentu, atau dihilangkan.
Pengembangan kemampuan pengelola sekolah merupakan suatu upaya dalam kerangka capacity building (membangun kapasitas/kemampuan) organisasi sekolah. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya program pengembangan kemampuan pengelola sekolah akan lebih diketahui oleh para pengelola sekolah itu sendiri, khususnya para pimpinan sekolah.


B. Permasalahan
Permasalahan yang nyata dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat mengetahui bahwa program ini telah terelisasi dengan baik atau belum? Hal ini sudah barang tentu akan mengimplikasikan bagi kita untuk membuat suatu instrument untuk mengukur, apakah program ini telah berhasil mencapai tujuannya atau belum. Namun instrument yang bagaimanakah yang dapat mengukur berhasil atau tidaknya pengembangan kemampuan pengelola sekolah, sehingga sekolah efektif dapat diwujudkan tanpa rintangan yang berarti .
Permasalahan lainnya adalah apakah pimpinan sekolah dan berbagai pihak terkait (pemberi dana) dapat mengetahui hasil dari program yang telah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat? Mungkinkah pengembangan kemampuan pengelola sekolah dapat dilakukan hanya dalam waktu enam bulan s.d satu tahun?
Selain dua permasalahan di atas, masalah substansi juga harus kita respon, yakni apakah personil sekolah dapat mengetahui berhasil atau tidaknya program yang dilaksanakan di sekolah? Bagaimana hal tersebut dapat diketahui dengan mudah?


C. Pokok Pembahasan
Permasalahan pengembangan kapasitas personil sekolah merupakan suatu kerangka jangka panjang, namun dalam jangka waktu yang singkat, hal ini dapat dilakukan dengan melihat berbagai komponen atau fenomena yang muncul pada personil sekolah dalam mengimplementasikan kerja kesehariannya. Bahasan ini akan mengungkapkan suatu kerangka evaluasi program yang dilakukan melalui dua kegiatan, yakni melalui: (1) analisis tujuan (hasil) yang diharapkan dalam jangka pendek dan (2) kerangka analisis kondisi personil sekolah dalam menjalankan tugasnya.


Evaluasi program berdasarkan analisis tujuan dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang ditargetkan pada tahun pertama dengan kondisi yang dicapai saat ini. Adapun hasil yang diharapkan pada tahun pertama adalah:


Taget Jangka Pendek (1 tahun):
1. Dalam layanan pembelajaran
a. Memiliki silabus untuk kurikulum 2006 yang dikembangkan oleh sekolah dan perangkat pendukung pengajarannya.
b. Setiap guru memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan CTL, Authentical Assesment, Fortofolio dalam PBM.
c. Sekolah minimal memiliki satu model pembelajaran dan evaluasinya untuk kurikulum 2006.
d. Siswa-siswa yang memiliki kesulitan belajar telah mengikuti kegiatan bimbingan belajar di sekolah.
e. Sekolah telah melaksanakan remedial teaching bagi siswa-siswa yang dikategorikan kurang dalam pencapaian standar kompetensinya
f. Sekolah telah melaksanakan 1 (satu) kali simposium Guru
g. Minimal 2 (dua) guru telah mengiplementasikan penelitian tindakan kelas (PTK) dan mempresentasikannya dalam simposium guru
Kegiatan dalam pengembangan manajemen dan iklim sekolah
a. Sekolah memiliki dokumen rencana strategis sekolah yang dibuat secara bersama melalui lokakarya
b. Sekolah memiliki sistem informasi manajemen sekolah yang mudah untuk digunakan oleh personil sekolah dan stakeholder
c. Kepala sekolah memiliki keterampilan/skill dalam kepemimpinan kepala sekolah
d. Lingkungan kerja (fisik) personil sekolah tertata dengan baik

Kegiatan dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling
a. Semua guru BK di sekolah telah mengikuti pelatihan mengenai profesi BK (bukan prioritas tahun 2006).
b. Sarana dan prasarana BK tertata dan dapat digunakan untuk kepentingan layanan BK secara efektif dan efisien.

Kegiatan dalam pengembangan layanan kesiswaan dan ekstra kurikuler
a. Muncul/berkembangnya kegiatan-kegiatan kelompok ilmiah remaja (KIR) yang didampingi oleh guru secara khusus
b. Terselenggaranya satu kali lomba kreativitas siswa dalam imtaq, olahraga dan seni
c. Siswa memiliki keterampilan dasar kepemimpinan

Kegiatan dalam pengembangan kemitraan sekolah dengan masyarakat
a. Stakeholders sekolah telah terlibat dalam aktivitas pengelolaan sekolah, meliputi penyusunan/pengembangan renstra sekolah, APBS, bantuan dalam pembelajaran siswa (di sekolah ataupun rumah)
b. Sekolah telah memiliki dan mengedarkan satu bulletin sekolah kepada personil dan stakeholder sekolah

Evaluasi program melalui analisis kondisi personil sekolah dalam menjalankan tugasnya dilakukan dengan mengamati perilaku personil sekolah dengan kerangka berikut:



Gambar 3 kerangka kerja komprehensif untuk mengevaluasi kondisi aktual kinerja guru


Gambar di atas memberikan pemahaman bahwa pengembangan kapasitas seseorang akan terwujud dengan baik manakala terintegrasi lima komponen, yakni visi, keterampilan, insentif, sumberdaya, dan rencana kerja. Apabila kelima komponen tersebut, maka pengembangan kapasitas yang diharapkan akan dapat diwujudkan. Dengan kata lain personil organisasi (termasuk guru) akan dapat merespon tuntutan perubahan sebagaimana terjadi. Namun apabila terjadi kekurang salah satu komponen dari lima komponen di atas, maka personil akan sulit mencapai kinerja yang diharapkan.
Apabila personil tidak memiliki visi, tetapi memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan kebingunan dalam hal apa yang harus dilakukan dan kemana arah dari pelaksanaan tugas yang dilakukannya. Bagi seorang guru hal ini memungkinkan terjadi, misal guru tidak mengetahui untuk apa ia mengajar Matematika di kelas VIII. Artinya guru dalam kondisi kebingungan.
Apabila guru tidak memiliki keterampilan, tetapi ia memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan berada dalam kondisi kekhawatiran. Kekhawatiran muncul karena ia dibayang-bayangi oleh ketidakmampuannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Guru yang tidak memiliki kemampuan mendidik akan selalu dibayang-bayangi kekhawatiran. Khawatir salah dalam berinteraksi dengan siswa, khawatir salam dalam memberikan tugas, khawatir salah dalam menjawab pertanyaan dari siswa, dan lain sebagainya. Dampak dari hal tersebut, para guru/personil biasanya menjadi pemarah atau sering sekali “pundung”.
Apabila guru tidak memiliki insentif yang memadai, tetapi memiliki empat komponen yang lainnya, maka ia akan menolak apa yang dituntut oleh stakeholder termasuk apa yang dituntut oleh kepala sekolah. Guru akan mencari insentif dari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya apabila ia merasakan insentif yang ia terima tidak dapat memuaskan dirinya. Insentif ini dapat berupa materi maupun non materi.
Apabila guru tidak memiliki sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelasanaan dan penyelesaian tugas, tetapi ia memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan prustasi. Guru yang diberikan tugas dan harus mengeluarkan sumberdayanya sendiri, bukan dari sumberdaya sekolah akan merasa prustasi. Karena di satu sisi ia harus memenuhi tuntutan, dan sisi lain ia tidak memiliki sumberdaya untuk memenuhinya atau ia harus menggunakan sumber daya pribadinya.
Apabila guru tidak memiliki rencana aksi, tetapi memiliki empat komponen lainnya, maka ia akan berjalan di tempat. Apa yang ia lakukan tidak akan terarah kepada pencapaian tujuan, karena kegiatan yang dilakukannya tidak difokuskan pada hal yang jelas dan terarah. Inilah yang menyebabkan ia menjadi “jalan di tempat.” Hal ini akan mengakibatkan prestasi sekolah tidak beranjak dari tahun ke tahun. Bahkan cenderung menurun.
Model evaluasi ini menunjukan bahwa apabila kekurang salah satu dari lima komponen tersebut saja akan menghasilkan kondisi yang tidak diharapkan, apalagi jika dua, tiga atau banyak komponen yang tidak dimiliki oleh guru dan personil sekolah lainnya, maka ia akan berada dalam kondisi yang tidak menentu. Model inipun dapat digunakan untuk menganalisis penyebab mengapa seorang guru atau personil sekolah berada dalam kondisi yang tidak diharapkan. Misal: jika seorang guru menolak untuk bekerja rajin, maka dapat diprediksi bahwasanya ia mendapatkan insentif yang kurang atau rendah atau sama sekali tidak mendapatkan insentif.

D. Kesimpulan
Informasi mengenai keberhasilan atau ketidakberhasilan program yang telah dilakukan hanya akan diketahui oleh pihak sekolah secara nyata. Namun pihak luar juga akan dapat mengetahui keberhasilan program dengan instrument tertentu. Namun satu hal yang penting dalam evaluasi program ini adalah, apakah progam ini akan dikembangkan dalam arti dilanjutkan, ditangguhkan atau diberhentikan.
KADERISASI SEBAGAI UPAYA PEMBINAAN MENUJU ORGANISASI YANG TANGGUH
Oleh: Cepi Triatna, M.Pd.

Organisasi sebagai suatu wadah untuk mencapai tujuan merupakan suatu sistem yang terbuka. Kajian organisasi sebagai sistem terbuka mengindikasikan bahwa organisasi akan selalu terkait dengan lingkungan dimana organisasi itu berada. Interaksi organisasi dengan lingkungannya inilah yang menjadikan organisasi harus selalu melakukan perubahan sebagai akselerasi dan respon terhadap pemenuhan kebutuhan lingkungan eksternal dan pencapaian tujuan organisasi.
Ketidaksiapan organisasi menghadapi lingkungan yang berubah akan menyebabkan organisasi kacau dan “lusuh”. Kacau menunjukkan organisasi tidak mampu mengelola sumberdaya yang ada dan “lusuh” menunjukkan bahwa organisasi tidak lagi berjalan dengan baik, terhambat, bahkan berhenti di tengah jalan. Lebih jauh, akibat dari kurang responnya organisasi terhadap pengaruh lingkungan internal dan eksternal, organisasi akan mati (entropy= daun yang jatuh dari pohonnya karena sudah usang). Aset paling utama dari organisasi adalah manusianya. Untuk mendapatkan SDm yang mampu mengelola organisasi inilah organisasi harus mulai menyiapkan SDM (kader) yang handal. Karenanya supaya organisasi bisa terus berjalan bahkan bisa mengendalikan perubahan, maka organisasi harus dalam kondisi yang tangguh dengan SDM yang kokoh, tidak mudah goyah dengan suatu perubahan, bahkan bisa mengendalikan perubahan. Kajian ini akan membahas pentingnya bagaimana menyiapkan sumberdaya manusia dalam organisasi, supaya organisasi bisa tangguh dalam menghadapi segala perubahan.

A. Mengenal Lingkungan Organisasi
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwasanya organisasi tidak akan terlepas dari interaksi dengan lingkungannya. Dalam pandangan teori sistem organisasi dikatakan sebagai suatu sistem terbuka. Namun demikian tidak menapikan pentingnya peranan kondisi internal organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.
Apabila dikategorikan, lingkungan organisasi dapat dibagi kedua kategori, yaitu lingkungan internal dan eksternal organisasi. Lingkungan internal organisasi adalah segala hal yang berada di dalam organisasi, seperti struktur, personil/staf organisasi, sumberdaya organisasi (AD/ART, fasilitas, hubungan di dalam organisasi). Lingkungan eksternal organisasi adalah semua hal yang berada di luar organisasi yang mempengaruhi langsung jalannya suatu organisasi. Contohnya: pemerintahan, politik, masyarakat sekitar, organisasi lain yang sejenis, partai-partai, organisasi usaha (bisnis), lembaga pendidikan, dan lain-lain. batasan suatu aspek dikategorikan kepada lingkungan atau eksternal melihat kepada batas suatu organisasi. Secara lebih jelas, batasan organisasi ini dapat digambarkan sebagai berikut:














Gambar 1. Lingkungan organisasi

Stephen P. Robbins (1994) mengkategorikan lingkungan organisasi pada dua kategori lain, yaitu lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan umum merupakan kondisi yang mungkin mempunyai dampak terhadap organisasi, namun relevansinya tidak sedemikian jelas. Contohnya adalah: perkembangan teknologi. Sedangkan lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang secara langsung relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuan. Contohnya adalah klien, pelanggan, pemasok dari masukan, para pesaing, lembaga pemerintah, LSM, dan lain-lain.
Pengenalan lingkungan organisasi dalam hal ini ditujukan untuk melihat dan memahami bahwa untuk kelangsungan suatu organisasi, maka organisasi harus selalu melihat keluar organisasinya. Mengapa demikian? Hal ini dapat kita lihat bahwa keberadaan suatu organisasi ditujukan untuk mencapai suatu tujuan. Pencapaian tujuan inilah yang tidak mungkin lepas dari lingkungannya. Apabila kita kaji dari teori sistem, maka input organisasi berasal dari lingkungan. Proses organisasi berada di lingkungan, terlebih bagi organisasi yang bersifat organisasi masa, prosesnya memungkinkan dilakukan diluar lingkungan organisasi. Dan hasil dari proses itu akan kembali pada organisasi. Sebagai contoh: kegiatan ma’ruf dan PKP yang dilakukan oleh Pemudi Persis Kota Bandung merupakan kegiatan internal organisasi, namun demikian, peserta kegiatan (aspek input) merupakan bagian dari masyarakat. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan ditengah-tengah masyarakat (tidak terasing dari masyarakat) dan hasil dari kegiatan ini akan kembali kepada masyarakat. Apabila kegiatan ini tidak melihat pada kebutuhan internal dan eksternal organisasi, maka hasil dari kegiatan ini untuk apa ?

B. Peran SDM dalam Organisasi
Organisasi mempunyai berbagai sumberdaya untuk mencapai tujuannya. Apabila dikategorikan, sumberdaya ini terbagi kepada dua bagian, yaitu sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya non-manusia (sering juga disebut sumberdaya materil). Apabila dibandingkan kedua sumberdaya ini, maka SDM merupakan faktor yang lebih penting dalam pencapaian tujuan. Manusialah yang merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi suatu kegiatan. Artinya tidak ada kegiatanyang bisa lepas dari keterlibatan SDM. Karenanya keberhasilan suatu kegiatan/organisasi lebih ditentukan oleh kekuaan SDMnya. Sejauh SDM yang dimiliki bagus, maka sejauh itu pula organisasi akan maju.
Namun demikian tidak berarti, keberadaan manusia di dalam organisasi dapat secara langsung mencapai tujuan organisasi. Sumberdaya ini harus dikelola dan diberdayakan, disinilah kepemimpinan berperan, terlebih bagi anggota “baru.” Ke-baruan seseorang dalam suatu organisasi bisa menyebabkan ia bertindak (berperilaku) tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Hal ini dimungkinkan karena kondisi organisasi dan latar be;akang anggota bisa jadi berbeda. Peran manajemen dalam hal ini adalah memfasilitasi agar anggota baru untuk bisa mengetahui, memahami, dan menjadikan terampil dalam menjalankan peran dan fungsinya di dalam organisasi. Bagi anggota yang sudah lama, maka peran manajemen adalah melakukan pembinaan agar anggota yang ada tetap semangat dan termotivasi secara terus menerus dalam menjalankan roda organisasi.

C. Kaderisasi Sebagai Upaya Pembinaan Menuju Organisasi yang Tangguh
Upaya penyiapan SDM organisasi untuk dapat mampu melaksanakan peran dan tugasnya harus dilakukan secara terus menerus dan menyeluruh. Terus menerus artinya dilakukan setiap jangka waktu tertentu. Menyeluruh artinya harus dilakukan untuk semua personil organisasi tanpa kecuali. Kaderisasi adalah suatu cara untuk menjamin keberlangsungan suatu organisasi atau institusi. Betapa pentingnya kaderisasi itu, sehingga banyak institusi yang mengalokasikan dana khusus buat pelaksanaannya.
Kaderisasi terdiri dari dua fungsi yaitu fungsi personalia dan fungsi pembinaan. Fungsi personalia berkaitan dengan bagaimana pengaturan keanggotaan, administratif personalia, dan hal ihwal pelanggaran dan sangsi. Fungsi pembinaan berkaitan dengan bagaimana menyiapkan personil/anggota supaya dapat berfungsi dan berperan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing. Kedua fungsi ini berjalan secara terus menerus.
Fungsi personalia dan pembinaan merupakan dua hal yang selalu terkait dalam hal melakukan kaderisasi. Kaderisasi biasanya dilakukan dalam berbagai tahapan sesuai dengan analisa kebutuhan organisasi. Sebagai contoh: kaderisasi untuk Anggota Pemula, Anggota Muda, Anggota Madya, Anggota Dewasa, Anggota Ahli, Anggota Purna dan Anggota Kehormatan. Banyaknya tahapan ini muncul semata-mata karena untuk memenuhi kebutuhan organisasi. Untuk memudahkan pemahaman berkaitan dengan kaderisasi sebagai upaya pembinaan menuju organisasi yang tangguh, maka berikut ini point-point pertanyaan yang bisa dieksplorasi bersama:

Apakah yang dimaksud dengan organisasi yang tangguh?
Organisasi yang tangguh adalah organsasi yang tidak lekang oleh waktu, tidak termakan oleh zaman, tetap eksis dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Karakteristik tangguh dalam kacamata manajemen adalah mampu memberdayakan segala sumberdaya yang dimiliki. Dalam kajian organisasi, tangguh menunjuk pada kemampuan untuk merespon setiap perubahan lingkungan internal dan eksternal organisasi.

Bagaimana menjadikan organisasi yang tangguh?
Untuk menjadikan suatu organisasi tangguh, maka sumber daya manusia organisasi harus menjadi faktor utama dalam kesuksesan setiap kegiatan. Manusia di dalam organisasilah yang harus menjadi kajian untuk pembinaan, peningkatan dan pengembangan kemampuannya dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Kaderisasi merupakan sarana yang paling tepat untuk menyiapkan sumberdaya manusia di dalam organisasi.

Apa yang harus dilakukan dalam kaderisasi?
Kaderisasi harus membekali anggota sesuai dengan kebutuhan tahapan anggota dalam organisasi. Apakah menyangkut wawasan dasar? Wawasan khusus, keterampilan khusus, kemampuan memecahkan kasus (masalah), peningkatan kemampuan diri, dan lain sebagainya.

Apa fungsi kaderisasi bagi organisasi?
Kaderisasi berfungsi untuk memberikan bekal yang cukup bagi anggota, supaya mereka dapat berinteraksi dengan menjalankan peran dan fungsinya, melalui upaya memberikan sejumlah pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan pelatihan serta pengembangan diri, sehingga ia dapat menjalankan tugas-tugasnya di dalam organisasi.


Kapan kaderisasi harus dilakukan ?
Kaderisasi harus dilakukan semenjak anggota masuk ke dalam suatu organisasi sampai ia keluar dari organisasi, bahkan ketika ia berada di luar organisasi. Mengapa demikian? Selama anggota berinteraksi dengan organisasi, maka selama itu pula organisasi membutuhkan keberfungsian dan keberperanan anggota.

Untuk siapa kaderisasi dilakukan? / siapakah sasarannya ?
Kaderisasi ditujukan untuk semua anggota organisasi.

Apa yang harus dilakukan pihak manajemen berkaitan dengan kaderisasi?
Pihak manajemen organsasi harus menyiapkan rencana kaderisasi dalam setiap tahapan. Termasuk dalam perencanaan ini adalah peserta, kurikulum, pengisi, metode, tujuan, biaya, dan lain sebagainya yan berkaitan dengan rencana pelaksanaan sebuah kegiatan pengkaderan.


Bagaimana melakukan suatu kaderisasi?
Untuk melakukan suatu kaderisasi, maka pihak manajemen terutama pimpinan dan staf di bidang kaderisasi harus melakukan analisa kebutuhan penyelenggaraan kaderisasi.

Apa akibatnya apabila suatu organisasi tidak melakukan pengaderan?
Akibat paling utama dari tidak dilakukannya pengakderan adalah matinya organisasi, dikarenakan: (1) anggota yang lama (yang sudah menguasai) tidak akan selamanya berada dalam suatu organisasi, (2) organisasi akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi inilah yang mengharuskan anggota suatu organisasi terus meng-update (meningkatkan) kemampuannya (3) persaingan dengan organisasi lainnya menyebabkan organisasi harus kompetitif untuk memenangkan persaingan.

Apakah kaderisasi hanya bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan pelatihan secara khusus?
Kegiatan kaderisasi bisa dilakukan dalam banyak cara (tidak dalam bentuk pelatihan saja). Utamanya adalah bagaimana menjadikan anggota supaya bisa menjamin keberlangsungan suatu organisasi. Kegiatan yang tidak secara jarang dianggap sebagai kegiatan pengkaderan adalah magang. Magang merupakan bagian dari kaderisasi, yaitu upaya mempartisipasikan anggota pada suatu kegiatan secara riil (langsung). Anggota yang akan dikader dituntut untuk melakukan secara langsung dibawah binaan anggota lainnya yang sudah mengetahui, mamahami, atau terampil. Dalam kacamata lebih umum, kegiatan ini termasuk kedalam pembelajaran organisasi. Namun harus dipahami secara lebih serius bahwa untuk anggota baru suatu organisasi, maka pengkaderan mutlak dilakukan melalui kegiatan secara khusus (ditujukan sebagai kegiatan kaderisasi organisasi).

D. Kesimpulan
Organisasi yang tangguh adalah oraganisasi yang mampu eksis dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Setiap perkembangan zaman (IPTEK, SOSBUD, HANKAM, Dll) tidak menjadikan organisasi hancur, tetapi dapat mengendalikan arah perubahan organisasi dan lingkungan strategis dimana organsasi itu berada. Upaya untuk menjadikan organisasi yang tangguh melalui kaderisasi hanya bisa tercapai manakala pihak manajemen melakuknnya secara terus menerus dan menyeluruh. Selain itu, untuk kebermaknaan kaderisasi maka organisasi harus menyusun tahapan-tahapan kaderisasi berdasarkan analisa kebutuhan karakteristik peran dan fungsi serta kondisi anggota.





Refensi:

Dakwah Kita Kini dan Esok. [online]. Teredia: http://www.alislam.or.id/artikel/arsip/00000013.html
Gibson, Ivancevich and Donnelly. (1995) Oragnizations, 8 Ed. Alih bahasa oleh: Nunur Ardiani. (1996). Organisasi, Edisi 8 Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara.
Kaderisasi Anggota Muda. [online]. Tersedia: http://pk-sejahtera.org/kaderisasi.php?op=muda
Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera. [online] tersedia: http://pk-sejahtera.org/kaderisasi.php
Kaderisasi Pondok Modern Darussalam Gontor dalam Cita-Cita TRIMURTI. [online].
Profil KAMMI Pusat. [online] tersedia: http://kammi-jepang.net/pusat.php
Stephen P. Robbin. (1990). Organization Theory: Stucture, Design and Aplications alih bahasa oleh: Jusuf Udaya. (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi. Jakarta: Arcan.
MEMBUKA BELENGGU DIRI
Oleh: Cepi Triatna, M.Pd


“Semoga Allah Yang Menguasai segala kejadian dan makhluk memberikan kemudahan kepada kita semua untuk selalu menjadi hamba-Nya yang produktif.
Pada intinya setiap manusia merupakan mahkluk yang paling dimulyakan oleh Allah Pencipta sekalian makhluk. Namun dalam perjalanannya manusia sering merasakan seolah-olah dirinya bagaikan dihinggapi beban yang begitu kompleks dan variatif, orang bilang “kasusah sagede gunung”. Benarkah hal tersebut ? Marilah kita lihat pada kondisi yang sering kita lalui dalam keseharian kita.
“apakah kita pernah merasakan BeTe…?, kesal pada seseorang..?, sedih karena ada harapan yang tidak tercapai ..?, marah kepada seseorang karena dia tidak sesuai dengan keinginan kita..?” atau hal-hal lain yang sering membuat kening kita berkerut seolah kita sedang membawa beban yang begitu berat untuk dipikul. Itu semua merupakan contoh beban yang sering kita rasakan dalam kehidupan kita keseharian. Atau bahkan kita sering mengalami hal tersebut.
Apabila kita kaji lebih jauh, sesunggunya hal-hal tersebut akan membuat diri manusia menjadi manusia yang terbelenggu. Manusia yang dihinggapi dengan perasaan lelah dan cape mengarungi kehidupan selanjutnya. Belenggu dalam diri sering tidak terpahami oleh diri sendiri walaupun belenggu tersebut melekat dalam setiap diri manusia. Ini dikarenakan begitu hebatnya belenggu membelit/mencengkram diri manusia. Akibatnya kita akan terhambat menjadi manusia unggul, yaitu manusia yang mempunyai ketahanan dalam berusaha, berfikir tangguh, dan berperilaku berani menjalani kehidupan di dunia. “Semoga kajian kita hari ini dapat memberikan informasi yang memadai, sehingga belenggu yang ada dalam diri kita dapat kita jadikan pecut untuk menjaga diri dari kesesatan atau kenistaan di dunia dan akhirat.” Amiiin
“wahai insan yang mau berubah…”
Apa sebenarnya yang membelenggu diri kita..?
Mari bertanya pada diri, mengapa kita sedih, marah, senang, cemas, dan cemburu serta berbagai hal lainnya, sehingga menjadikan diri kita sebagai orang yang tidak produktif karena mengalami hal–hal tersebut. Orang yang sedang marah sering menjadi tidak produktif bahkan menjadi orang yang begitu buas, perilakunya menyakiti, kata-katanya menghujam perasaan, dan hatinya penuh dengan dendam. Atau orang yang sedang sedih sering terbawa oleh arus kesedihannya, sehingga ia tidak mau makan, kurang bergairah, malas untuk melakukan aktifitas kesehariaan, tidak bersemangat beribadah, dan lain sebagainya. Atau juga orang yang gembira sering melampaui batas, sehingga hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dilanggarnya. “Apa yang menyebabkan itu semua, sehingga diri kita tidak produktif menjalani kehidupan ?”
Sesunggunya itu adalah hawa nafsu yang yang ditunggangi oleh Syaetonirrajiim. Percayakah sahabat dengan jawaban tersebut ?
Sesungguhnya manusia diberi dua potensi, yaitu potensi baik dan potensi jelek. Dalam Al Quran Allah SWT menjelaskan:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
(QS. As Syams-91:8-10).

Iman Sebagai Gerbang Membuka Potensi Diri
Mau atau tidak, kehidupan pasti akan terus berjalan, kecuali Allah SWT menghendakinya berhenti atau terjadi kiamat. Kenyataan ini harus memberi pelajaran yang berarti kepada kita. “Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari hal tersebut ?”
“Wahai insan yang berfikir…”
Sesungguhnya setiap diri kita telah dibekali oleh berbagai potensi dan kekuatan untuk mengelola bumi, karena kita berperan sebagai kholifah. Allah Yang Maha Kuasa telah memberikan karunia-Nya kepada manusia dengan memberikan potensi dalam dirinya, alam sekitarnya, dan petunjuk-Nya (Al Quran). Semua itu diberikan tiada lain untuk menjadi jalan bagi setiap manusia untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. “Bagaimana kita semua dapat mencapai kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah SWT, Pencipta semua kejadian ?”
“Wahai saudaraku … masih ingatkah kita pada surat yang Allah tujukan kepada kita:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik (Hayyatan thayyibatan). (QS. An Nahl 16:97).
Dari ayat tersebut kita bisa mengetahui bahwa sesunggunya yang akan menjadi alat untuk kebahagiaan manusia adalah iman, tidak terletak pada harta, jabatan, istri, suami, keluarga, dsb. Semua yang kita miliki pada hakikatnya bisa membuat kita bahagia atau sengsara tergantung pada keimanan yang kita meiliki. Kalaulah iman kita kurang, maka kebahagiaan yang akan didapatpun sedikit tetapi apabila keimanan kita besar, maka akan besar pula kebahagiaan yang kita dapatkan. “Bagaimana hal ini dapat kita pahami ?”
Kebahagiaan muncul dari hati sanubari. Kebahagiaan muncul apabila telah ada kedamaian, harapan, perasaan puas, dan perasaan cinta dan kasih sayang. Untuk hal tersebut, maka imanlah alat yang paling tepat untuk memenuhinya. Dengan keimanan seseorang tidak akan pernah takut segala kejadian kecuali hanya kepada Allah. Tidak akan pernah gelisah kecuali disebabkan jauhnya dirinya dari Allah swt.” Apa yang mungkin menyebabkan seseorang tidak bahagia padahal dia iman ?“
Wallahu a'lam bishawab.

Kamis, 04 Desember 2008

SKEMA DANA PENDIDIKAN MENURUT PP NO. 48 TAHUN 2008

PENGUASAAN KOMPETENSI MAHASISWA
DALAM MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
MELALUI APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT

Oleh:
Cepi Triatna, M.Pd.

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2008



A. Pendahuluan
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa lulusan kependidikan adalah kemampuan dalam mengelola sekolah. Kompetensi ini menuntut mahasiswa untuk mampu mendeskripsikan, menguraikan, menganalisis, dan memprediksi berbagai hal terkait dengan bagaimana suatu sekolah harus dikelola. Aspek-aspek dalam manajemen sekolah ini minimal meliputi: manajemen kurikulum, manajemen kelas, manajemen peserta didik, manajemen tenaga pendidik dan kependidikan, manajemen sarana dan prasarana sekolah, manajemen hubungan sekolah-masyarakat, manajemen keuangan sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, supervisi pendidikan, pengawasan pendidikan, dan system informasi manajemen sekolah.
Penguasaan kompetensi dalam mata kuliah pengelolaan pendidikan biasanya muncul dalam bentuk pemahaman teoritik mahasiswa yang tidak dapat diaplikasikannya dalam bentuk praktek atau pemecahan kasus. Masalah ini dapat diidentifikasi sebagai pemahaman mahasiswa yang ”terlalu textbook thinking.”


Untuk memecahkan masalah tersebut, kami memprediksi salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan knowledge management dalam proses perkuliahan. Aplikasi ini akan mengembangkan dua pengetahuan yaitu, tacit knowledge dan explicit knowledge. Dalam persfektif/sudaut pandang/kajian teori belajar, model ini dikenal dengan istilah knowledge creation theory (teori penciptaan pengetahuan).


Knowledge management dapat diterjemahkan sebagai manajemen pengetahuan. Beberapa orang mendefinisikan knowledge management dengan titik tekan yang beragam, diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Hendrik (2003) merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang kompeten. http://www.km-forum.org/ KM adalah suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk meningkatkan performa seseorang atau organisasi, dengan cara mengatur dan menyediakan sumber ilmu yang ada saat ini dan yang akan datang.


Pengetahuan dalam knowledge management ini dibagi menjadi bua bagian, yaitu: explicit knowledge dan tacit knowledge. Tacit knowledge dan explicit knowledge merupakan dua istilah yang masih asing dalam telinga orang-orang Indonesia dan masih rendah aplikasinya dalam berbagai praktek. Dua istilah ini berkembang dalam banyak ilmu dan digunakan oleh berbagai bidang praktisi, baik di dunia bisnis, pendidikan, kesehatan, bahkan dunia religi. Identifikasi secara keilmuan menunjukkan bahwa Tacit knowledge dan explicit knowledge berkembang dalam berbagai keilmuan seperti: Knowledge management, organizational learning, adult learning, research methods, business ethics, leadership, evolutionary and institutional economics, econometrics, mathematics, decision making, psychology, and religious thought.

B. Metodologi

Alur yang dikembangkan untuk pembelajaran dalam perkuliahan pengelolaan pendidikan ini adalah pemaparan maksud dan tujuan perkuliahan, fasilitasi pemahaman konsep dasar pengelolaan pendidikan, pemaparan pengalaman pengelolaan pendidikan pada level sekolah oleh praktisi, diskusi masalah dan pemecahan masalah yang ditemui dari praktek lapangan, dan refleksi.


C. Hasil dan Pembasan
Tindakan yang dilakukan siklus kesatu adalah: “Mendatangkan nara sumber dari praktisi, yaitu Kepala Sekolah untuk memberikan paparan pengalamannya dalam manajemen kurikulum.”
Berdasarkan hasil akhir di siklus satu, diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan, dilihat dari nilai atau skor capaian rata-rata kelas. Rerata kelas baru mencapai 2,37. Kalau dikonversi ke dalam hurup, angka ini mencerminkan nilai C. Padahal hasil yang ditargetkan adalah rata-rata di kategori B. untuk itu tim mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.

Analisis beberapa kekurangan yang didapat dari pelaksanaan perkuliahan di siklus I adalah:
1) Masih rendahnya penguasaan mahasiswa terhadap materi perkuliahan. Rerata kelas berada pada skor 2, 37, bahkan nilai terendah berada pada posisi 1,76. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan dengan nara sumber yang telah dilakukan masih belum mampu mengembangkan knowledge management dalam bidang manajemen kurikulum.
2) Masih sedikitnya mahasiswa yang hadir di kelas tepat waktu, yaitu pukul 10.30, yaitu hanya 62 %. Lainnya masih sering terlambat.
3) Masih sedikitnya (68%) mahasiswa yang melakukan persiapan perkuliahan dengan membuat resume dari berbagai bacaaan yang dilakukannya. Hal ini tentu berimplikasi pada pengetahuan awal yang akan menyambungkan mahasiswa dengan materi-materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa.

Berdasarkan berbagai kekurangan tersebut, untuk implementasi perkuliahan selanjutnya akan mengembangkan beberapa hal berikut:
1) Mendatangkan nara sumber dari lapangan untuk materi selanjutnya, yaitu materi manajemen kelas.
2) Meminta nara sumber selanjutnya untuk membuat power point sebagai bagian dari presentasinya di kelas.

Siklus 2 merupakan pertemuan ke-5 dengan materi: manajemen kelas. Treatment dilakukan dengan (1) mendatangkan guru kelas V Sekolah Dasar Interaktif (SIAS) Bapak Iwan Kurniawan, S.Pd. sebagai nara sumber (2) mengharuskan nara sumber untuk membuat media presentasi berupa power point.

Berdasarkan hasil pada siklus kedua, maka dapat diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan, bahkan menurun dibandingkan dengan siklus I. Rerata kelas hanya mencapai 2,13. Kalau dikonversi ke dalam hurup, angka ini mencerminkan nilai C. Padahal hasil yang ditargetkan adalah rata-rata di kategori B. Untuk itu tim lebih jauh mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.

Analisis beberapa kekurangan yang didapat dari pelaksanaan perkuliahan di siklus II adalah:
1) Penguasaan materi perkuliahan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan siklus I. Rerata kelas berada pada skor 2,13. Hal tersebut menunjukan penurunan nilai sebesar 0,24 point. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan dengan nara sumber dan aplikasi multimedia masih belum mampu mengembangkan knowledge management dalam bidang manajemen kelas.
2) Masih sedikitnya mahasiswa yang hadir di kelas tepat waktu, yaitu pukul 10.30, yaitu hanya 18, 92 %. Lainnya masih sering terlambat.
3) Perkembangan pengetahuan stratejik bagi mahasiswa sepertinya terkendala oleh gambaran parsial mahasiswa mengenai manajemen sekolah secara keseluruhan. Mahasiswa hanya memahami materi yang dibahas secara parsial, sehingga lebih sulit untuk mengetahui berbagai alasan mengenai berbagai hal yang diceritakan dan dijelaskan oleh nara sumber.
Siklus 3 merupakan pertemuan ke-6 dengan materi: manajemen peserta didik. Treatment dilakukan dengan (1) menghadirkan Kepala Sekolah Dasar Interaktif (SIAS) Bapak Abdul, S.Ag. sebagai nara sumber, (2) mengharuskan nara sumber untuk membuat media presentasi berupa power point, (3) mengharuskan nara sumber untuk membahas mengenai tujuan akhir sekolah kemudian bagaimana peserta didik dikelola, masalah yang dihadapi dan terakhir kaitan antara manajemen peserta didik dengan pencapaian profil lulusan.

Berdasarkan hasil pada siklus ketiga, maka dapat diketahui bahwa treatment yang dilakukan masih belum memenuhi kriteria keberhasilan sebagaimana diharapkan, dimana rata-rata capaian nilai mahasiswa adalah 3.35. artinya masih kurang sekitar 0,40 point untuk sampai pada kondisi ideal. Walaupun demikian, terjadi peningkatan capaian nilai baik dilihat dari siklus I ke siklus III atau dari siklus II ke siklus III. Kalau dikonversi ke dalam hurup, capaian rata-rata angka ini mencerminkan nilai B. Hasil siklus III ini memberikan isyarat pada tim untuk lebih jauh mengkaji berbagai hal terkait dengan treatment yang telah dilakukan.

Analisis beberapa kekurangan yang didapat dari pelaksanaan perkuliahan di siklus II adalah:
1) Penguasaan materi perkuliahan belum memenuhi standar keberhasilan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa perkuliahan dengan nara sumber dan aplikasi multimedia masih belum mampu mengembangkan knowledge management dalam bidang manajemen peserta didik. Namun perlu menjadi catatan bahwasanya gambaran komprehensif mengenai materi yang ditindaklanjuti dengan penjelasn materi secara bagian-bagian memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan fasilitasi materi secara parsial.
2) Masih adanya mahasiswa yang hadir di kelas tidak tepat waktu, yaitu pukul 10.30, yaitu 08, 10 %. Hal ini belum menjadi suatu kebiasaan, tetapi lebih bersifat insidental.
3) Perkembangan pengetahuan stratejik dalam hal manajemen sekolah, khususnya manajemen peserta didik bagi mahasiswa masih belum bisa dicapai secara maksimal.
Siklus ketiga menunjukkan perbaikan dari siklus kesatu dan kedua. Hal ini tentu saja berimplikasi pada dinamusasi dan kualitas proses perkuliahan selanjutnya. Selanjutnya peneliti tidak mengembangkan lagi treatment yang dikaitkan dengan penelitian. Sehubungan dengan masa akhir penelitian yang berbarengan dengan masa berakhirnya siklus ketiga.
Walaupun demikian, proses perkuliahan terus dikembangkan dengan berorientasi pada pemecahan masalah riil yang dihadapi. Beberapa masalah pokok yang dihadapi dalam mata kuliah pengelolaan pendidikan adalah:
1) Persiapan mahasiswa untuk kuliah, khususnya persiapan membaca masih dikategorikan kurang.
2) Mahasiswa masih ada yang terlambat datang ke kuliah.
3) Proses interaksi perkuliahan masih belum bisa secara massif. Hanya mahasiswa tertentu saja yang mau dan mampu memberikan respon berupa kritik, sanggahan, atau pertanyaan yang berkualitas.
4) Capaian penguasaan kompetensi dalam mata kuliah untuk setiap pertemuan belum sesuai dengan standar yang ditentukan.
Perbandingan capaian hasil penguasaan pengetahuan stratejik pada siklus I, II, dan III antara kelas yang diberi tindakan (mahasiswa Jur. Pendidikan Geograpi) dengan kelas yang menggunakan metode ceramah (kelas pendidikan biologi) dapat dilihat sebagai berikut:
TABEL 1
REKAPITULASI PERBANDINGAN PENGUASAAN PENGETAHUAN STRATEJIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH PENGELOLAAN PENDIDIKAN
Tabel perbandingan di atas menunjukkan bahwa treatment dengan menghadirkan nara sumber untuk meningkatkan pengetahuan stratejik memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Walaupun berbeda pada siklus I dan II, namun pada siklus III, hasilnya hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwasanya implementasi perkuliahan pengelolaan pendidikan dengan menggunakan metode klasikal dan mendatangkan nara sumber tidak dapat memberikan pengaruh yang berbeda dalam upaya pengembangan pengetahuan stratejik mahasiswa dalam materi yang dibahas.
Faktor yang mendukung terhadap penguasaan kompetensi ini dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau motif internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri mahasiswa sendiri. Secara teoritik, motif internal ini akan lebih kuat mempengaruhi perilaku seseorang.
Beberapa motif internal yang dapat dibaca muncul dari perilaku mahasiswa selama proses perkuliahan adalah :
1) Keinginan mahasiswa yang kuat untuk menjalani perkuliahan dengan baik. Motif ini barangkali tidak berdiri sendiri, tetapi disebabkan oleh faktor eksternal.
2) Munculnya orientasi diri mahasiswa yang berdimensi jangka panjang. Mereka menginginkan di masa yang akan dating mereka dapat sukses dalam menjalani profesi sebagai guru professional.
3) Nilai yang dianut mahasiswa sejak mereka masuk. Hal ini dapat terlihat dari perilaku mereka ketika di kelas. Missal, manakala mereka terlambat, mereka meminta maaf pada dosen dan berusaha untuk menerima konsekwensi dari apa yang telah mereka lakukan. Nilai-nilai ini perlu dipelihara dan dikuatkan untuk menjadi terus menetap dan berkembangn secara positif dalam bentuk perilaku perkuliahan.
Beberapa motif eksternal yang dianggap baik dalam mendorong perilaku aktif mahasiswa ketika persiapan maupun proses perkuliahan, yaitu:
1) Penjelasan dan penekanan tim dosen mata kuliah terhadap pentingnya mahasiswa merespon perkulihan secara positif dan aktif guna mewujudkan berbagai harapan, seperti harapan orang tua dan perbaikan bangsa.
2) Aturan perkuliahan yang mengharuskan mahasiswa untuk tunduk dan patuh pada aturan akademik UPI dan kesepakatan yang dibuat dengan tim dosen. Seperti mahasiswa atau tim dosen tidak boleh masuk ke kelas, apabila terlambat lebih dari 15 menit.
Persaingan antara mahasiswa di kelas. Sebagian mahasiswa memiliki tingkat kompetitif yang cukup tinggi sehingga proses perkuliahan berlangsung cukup dinamis. Para mahasiswa tersebut adalah mahasiswa yang memiliki kebutuhan yang cukup tinggi yang dapat dilihat dari kemauan mereka untuk membaca dulu sebelum masuk perkuliahan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan motif mahasiswa dalam proses perkuliahan pengelolaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi penerapan prinsip belajar. Dalam konteks ini, perkuliahan harus dimaknai sebagai sesuatu yang bermakna.
2. Optimalisasi unsur dinamis perkuliahan.
3. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan mahasiswa.
4. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.

Melihat pada berbagai faktor pendukung dan penghambat di atas, maka harus ada reposisi peran-peran tim dosen dan mahasiswa yang diorientasikan pada dinamisasi dan penguatan kompetensi mahasiswa.

D. Penutup
Pada intinya aplikasi knowledge management dalam mata kuliah pengelolan pendidikan melalui interaksi mahasiswa dengan nara sumber dari praktisi manajemen sekolah, yaitu kepala sekolah dan guru belum dapat memberikan pengalaman belajar yang menghantarkan mahasiswa pada penguasaan kompetensi yang aplikatif dalam praktek atau pemecahan masalah (kasus) secara optimal.
Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pencapaian kompetensi yang aplikatif pada mata kuliah Pengelolaan Pendidikan dapat diidentifikasi sebagai faktor internal dan faktor eskternal.
Peran-peran yang harus dilakukan tim dosen dan mahasiswa dalam meningkatkan efektifitas penguasaan kompetensi yang aplikatif melalui aplikasi knowledge management mengharuskan adanya reposisi peran awal menuju peran yang lebih aktif, perkuliahan yang dipusatkan pada mahasiswa, dan memberdayakan potensi mahasiswa, lingkungan kampus, dan tim dosen.
E. Daftar Pustaka
A. Surjadi, 1989, Membuat Siswa Aktif Belajar (65 Cara Belajar Mengajar Dalam Kelompok), CV. Mandar Maju, Bandung.
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2006, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran di LPTK (PPKP); Research for Instructional Improvement), Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti, Jakarta.
, Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
, Panduan Pemantauan dan Evaluasi Laporan Penelitian Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research for Instructional Improvement) dan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research), Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Engkoswara & Moch. Entang. 1983, Pembaharuan Dalam Metode Pengajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan.
Hari Sudrajat, 2003, Konsep dan Implementasi Pendidikan Berbasis Luas (BBE) Yang Berorientasi Pada Kecakapan Hidup (Life Skill), Cetakan ketiga, CV. Cipta Cekas Grafika, Bandung.
Louise Allsopp, 2002, Teaching and Learning in First Year Seminars, Journal of Information Technology Education Volume 1 No. 1, 2002. School of Economics, Adelaide University: Australia
Saudi, 2004, Faktor-Faktor Penghambat Kegiatan Belajar Anak-anak Panti Desa Putera di Sekolah dan di Asrama (Anak-Anak Kelas V dan Kelas VI SD). Tersedia online: http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=76362 [10 Oktober 2008].
Terrence Morrison, 2001, Actionable Learning; A Handbook for Capacity Building Through Case Base Learning, Asian Development Bank, Tokyo.
Uman Suherman, 2000, Memahami Karakteristik Individu, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2004 Tentang: Penetapan Universitas Pendidikan Indonesia Sebagai Badan Hukum Milik Negara, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rabu, 03 Desember 2008

Perubahan yang pasti memerlukan spirit yang dilandasi oleh nilai ketauhidan, bukan teknologi yang canggih semata....
Kegagalan perubahan dan inovasi di lingkungan kerja atau di dunia persekolahan karena banyak dari para pelaku perubahan yang tidak memiliki semangat perubahan walupun mereka memiliki tuntutan untuk perubahan. seolah-olah pelaku perubahan harus dipaksa dari berbagai pihak eksternal untuk mau berubah.
Perubahan seharusnya bergulir dan berkembang sesuai dengan desain change agent. Pada level keluarga, bisa jadi ia adalah kepala keluarga, di sekolah sering diidentifikasi sebagai kepala sekolah, di masyarakat sering disebut sebagai tokoh dan aparat setempat.
Semangat perubahan adalah gairah untuk melakukan perubahan yang muncul dari dalam diri seseorang. gairah perubahan dapat menggerakan orang untuk terus beraktivitas menjadi seorang yang militan dan perilaku kerjanya. Mengapa demikian?
Mereka yang memiliki gairah kerja akan mendasarkan perilakunya pada pencapaian tujuan hidupnya. Semakin tinggi tujuan hidupnya, maka semakin kuat motivasi dirinya untuk berubah.
Karenanya, marilah kita melangkahkan perilaku kita pada tujuan jangka panjang, yakni Bahagia di Dunia dan Akhirat. Jangan hanya bahagia di dunia saja atau akhirat saja.
Salam.